Lima Jurus Kendali Mutu Sekolah

Oleh: In In Kadarsolihin, S.S.

Tekad melahirkan lulusan sebagai outcome bagi perguruan tinggi, terus menjadi komitmen penyelenggaraan pendidikan di SMA Al Muttaqin. Lulus dengan kualifikasi memiliki akhlak mulia, akademik yang kompetitif, jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, dan juga berkemampuan bahasa asing adalah lima ikon yang diharapkan sekolah. Bagaimana strateginya ?

Menjawab tantangan pendidikan abad 21, SMA Al Muttaqin sebagai sekolah yang dirancang unggul, terus melakukan sejumlah strategi peningkatan mutu.

Melalui pendekatan pendidikan abad 21, Al Muttaqin harus beradaptasi dengan tiga komponen utama yang mendasar dalam pendidikan masa depan, yakni karakter, kompetensi, dan literasi.

Ketiga komponen itu, seiring dengan cita mutu lulusan SMA Al Muttaqin yang diharapkan. Terdapat sejumlah komitmen dan program kegiatan sekolah yang sudah selaras  dengan proyeksi pendidikan abad 21 dan menjadi tekad ikon lulusan yang diharapkan.

  1. Akhlak Mulia

Program diarahkan untuk menguatkan pendidikan karakter peserta didik. Dilandasi dengan keimanan dan ketawaan yang kuat, yang berimbas kepada tatanan perilaku keseharian.

Program yang ada antaranya: sholat dhuhur dan ashar berjamaah, tilawah pagi, tausiyah, malam bina iman dan taqwa, filantopi bedah rumah.

Sebagai penguat keimanan dan ketaqwaan, maka strategi kurikulumnnya dengan mengembangakan muatan pendidikan keagamaan jam normal 3 jam menjadi 7 jam sepekan. Jam tambahannya untuk alquran, membagi materi PAI menjadi aqidah, fiqih, dan akhlak.

Selain itu, terdapat program TTK ACB (Test Kecakapan Khusus Al Muttaqin Character Building). Pola TKK ACB ini mirip SKU dalam Pramuka. Hanya saja yang membedakan adalah muatan mater. Ada tiga sub materi dalam TKK ACB, yakni Al Islam (wawasan keislaman), Tahfidz Quran, dan Riset. Setiap semesternya, terdapat 1 bintang TKK yang harus diselesaikan setiap peserta didik.

  1. Akademik yang kompetitif, diterima di perguruan tinggi pilihan

Parameter keberhasilan pendidikan secara statistika nasional, harus diakui masih berorientasi kepada peniilaian yang bersifat kognitif seperti Ujian Nasional (UN) dan masuk perguruan tinggi.

Program yang ada dan terus dikembangkan adalah Try Out berkala bulanan ujian tulis PTN  sejak kelas 10, ulangan komparatif sekolah unggulan nasional, intensif bimbingan pemantapan bagi kelas 12 sejak bulan Juli, sarapan soal, wisata ilmiah study perguruan tinggi, supercamp UN, career day, karya keilmuan (riset),  dan juga burning motivation.

Akademik yang kompetitif juga ditandai dengan pembiasaan mengerjakan soal-soal yang berbasis online.

  1. Memiliki jiwa kepempimpinan

Sejak tahun akademik 2017-2018, SMA Al Muttaqin mengembangkan motto: sekolahku sekolahnya calon pemimpin umat dan bangsa. Motto ini terlahir sebagai wujud komitmen, penyelenggaraan pendidikan SMA Al Muttaqin, suatu saat para alumnyi mampu menjdi kader ummat dan bangsa. Memiliki peran peran strategis keummatan dan kebangsaan.

Oleh karena itu, terdapat ikon keunggulan pengembangan kepemimpinan melalui tiga induk organisasi kesiswaan, yakni Pramuka, Rohis, dan OSIS.

Setiap induk organisasi ini dirancang mengembangkan pola-pola kepemimpinan dan mewadahi seluruh siswa. Induk organisasi diberi wilayah pembinaan dengan mengelola khas program sekolah. Seperti Pramuka bertanggungjawab dalam pengembangan dan fasilitator ekskul wajib pramuka, kemah akbar API (Ajang Perkemahan Islami)  dan kegiatan berbasis ambalan.

Rohis, menjadi ikon pengembangan program kesholehan dan fasilitator program sekolah yang bersifat keagamaan, seperti pengelolan masjid sekolah, pengumpulan infaq rutin siswa, hingga filantropi keberpihakan kepada kaum dhuafa melalui bedah rumah dan  santunan.

Sementara itu, OSIS tampil sebagai induk organisasi yang bergerak pada ranah pengembangan minat potensi siswa. Di OSIS terdapat Departemen kepengurusan yang erat kaitannya dengan program unggulan sekolah, seperti Departemen Penalaran yang membawahkan KIR dan Jurnalistik, Departemen Kemanan dan Bela Negara; untuk penegakkan disiplin atau karakter kinerja. Ada juga Departemen Bahasa untuk pengembangan minat bahasa di SMA Al Muttaqin.

Selain internal, OSIS juga memiliki program kepemimpinan yang melibatkan sekolah-sekolah luar seperti ASC (Al Muttaqin Student Challenge).

  1. Memiliki jiwa kewirausahaan

Melahirkan lulusan yang memiliki jiwa kewirausahaan adalah sebuah blue print orientasi pendidikan berbasis kewirausahaan di Al Muttaqin. Pendidikan wirausaha, tidak identik dengan dagang atau menjual barang. Tetapi lebih dari itu, sifat atau jiwa wirausaha yang dikembangkannya.

Seorang siswa, apapun kelak  prosfesi dan ragam pilihan jurusan di perguruan tinggi,  harus mengenal jiwa kewirausahaan. Sebab jiwa kewirausahaan itu, akan memunculkan generasi-generasi yang mampu menhoptomalkan potensi ekonomi.

Program yang dimiliki untuk pengembangan kewiirausahaan ini adalah pengembangan untuk penguatan literasi ekonomi pada mata pelajaran prakarya. Salah satu program aktualisasinya antara lain   Kopsis, pengembangan bank mini,  Busines Plan, Kantin Kejujuran, bazaar, study perbankan melalui outing class, event organizer, dan juga adanya ekskul tata boga.

  1. Kemampuan Bahasa Asing

Berkemampuan kmunikasi adalah salah satu proyeksi kebutuhan pendidikan di abad ke 21. Komunikasi dalam pengertian lisan maupun tulisan. Dalam hal ini pengembangan komunikasi bahasa asing, khususnya Inggris adalah menjadi mutlak. Pun demikian kemampuan bahasa Arab, sebagai jantungnya kemampuan memahami Al Islam dari literatur asli.

Oleh karena itu, maka terdapat sejumlah program penguatan kemampuan bahasa asing, yakni mulok Englis Conversation, Mulok Bahasa Arab dan Lintas Minat Bahasa Arab dijadikan pilihan wajib bagi kelas 10, pengembangan Language Club/

Selain itu terdapat Matrikulasi Bahasa Inggris selama satu bulan bekerjasama dengan lembaga bahasa Inggris dari Kampung Inggris Pare Kediri, juga English Super Camp Sementara untuk program rutinnya ada English Marathon dan Morning Chat.

Khusus kelas 12 ada program TOEFL. Kedepannya sedang dikaji penguatan kurikulum cambridge untuk mata pelajaran tertentu.

Dengan lima orientasi program mutu tersebut, sejatinya para lulusan SMA Al Muttaqin sudah dibekali dengan beragam skill tambahan di luar jam KBM normal sesuai dengan jam kurikulum nasional. Sehingga mampu berkompetisi dengan lulusan sekolah lainnya, mampu menjadi out come bagi perguruan tinggi dimanapun para lulusan menyelesaikan pendidikan lanjutannya. *** (Muttaqin Magazine)

Al Muttaqin dan Tantangan Pendidikan Era Industri 4.0

Sebagai lembaga pendidikan Islam, tantangan era industru 4.0 di SMA Al Muttaqin lebih komplek. Sebab akses perilaku dampak teknologi harus diselaraskan dengan nilai – nilai alquran dan sunnah. Dan sebaliknya, pemahaman alquran dan sunnah bagaimana bisa diakselerasi dengan sains dan teknologi namun tetap teguh pada fundamen pendidikan Islami.

Sebuah fenomena sederhana yang begitu terasa nampak sebagai ciri dunia penddikan telah tergerus oleh dampak indutri 4.0 adalah ramainya kiriman online yang diterima para siswa SMA Al Muttaqin. Setiap harinya, puluhan titipan barang hasil belanja online selalu mampir di bagian Tata Usaha. Ramainya kiriman makanan yang dikirim gojek juga mewarnai keseharian para siswa Al Muttaqin.

Fenomena lain yang terasakan dalam pergaulan siswa dengan guru, atau juga mungkin siswa dengan orang tuanya yakni adanya fenome phubbing. Phubbing (Phone Snubbing) adalah sebuah istilah tindakan acuh tak acuh seseorang di dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus pada gadged dari pada membangun sebuah percakapan.

Guru ketika melaksanakan KBM, karena HP menjadi pilihan moda pendidikan, menyebabkan siswa lebih konsen kepada HP daripada apa yang disampaikan guru. Lebih jauhnya lagi, dampak era industri 4.0 telah menggelayuti dunia pendidikan adalah semakin mudahnya akses ilmu pengetahun melalui dunia internet. Pengetahuan akan lebih mudah didapat oleh para siswa yang melek media online, ketimbang oleh gurunya yang terpaku kepada bahan ajar yang konvensional.

Kemudahan menjawab soal seperti matematika atau fisika yang dianggap susah, akan begitu cepat didapatkan siswa jawabannya hanya dengan sekali klik layanan aplikasi tertentu. Sebut saja autograph misalnya. Layanan ini akan begitu mudah menjawab soal tentang grafik dalam hitungan detik.

Bandingkan kalau seorang siswa menjawab secara manual. Maka tak heran, era revolusi industri 4.0 juga mengubah cara pandang tentang pendidikan. Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekadar cara mengajar, tetapi jauh yang lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri, bagaimana cara belajar seorang siswa.

Fungsi guru bukan lagi sebagai sentral dalam pembelajaran atau teacher-centered, namun berubah menjadi students-centered dimana guru menjadi fasilitator bagi penyediaan kebutuhan belajar peserta didik dalam upayanya melaksanakan “bagaimana belajar” dengan menyiapkan sumber dan media pembelajaran. Dalam hal ini, seperti yang pernah penulis ikuti, google terus mensosialisasikan pendidikan di era digitalasasi ini dengan adanya google class room.

Siswa dimanapun berada bisa belajar dari seorang guru yang letaknya berjauhan sekalipun. Tak heran layanan seperti ini juga banyak dilakukan oleh sejumlah lembaga nirlaba yang konsen terhadap dunia pendidikan seperti ruang guru, zenius expedia, atau mafikibi center dan sejumlah institusi lainnya. Model pembelajaran seperti ini telah banyak dikembangkan.

Hal ini tidak lain, karena model pembelajaran ini memiliki banyak keuntungan diantaranya adalah biaya teknologi yang relatif murah, penggunaan kelas fisik yang mudah, fasilitas yang portabel “belajar dimana saja dan kapan saja”. Lantas dengan fenomena seperti itu, apa yang harus dilakukan SMA Al Muttaqn yang konsen memproklamirkan diri sebagai pendidikan unggulan ?.

Langkah awal adalah sebagai sebuah institusi, maka SMA Al Muttaqin harus menyamakan perspektif tantangan pendidikan abad 21 dan penguatan literasi bagi semua tenaga pendidikan dan kependidikan termasuk para siswa.

SMA Al Muttaqin harus mampu mengembangkan perubahan paradigma “literasi lama” (membaca, menulis, & matematika) sebagai modal dasar untuk berkiprah di masyarakat, dengan tiga jenis literasi sesuai tuntutan era industri 4.0, yakni

(1) Literasi Data: Kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (Big Data) di dunia digital

(2). Literasi Teknologi: Memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi

(3) Literasi Manusia: Humanities, Komunikasi, & Desain.

Sederhananya, Al Muttaqin mendorong semua sektor penunjang pendidikan dengan digitalisasi. Perpusatakaan sudah harus dikembangkan kearah Digital Library, Layanan absen hingga ulangan harian dikembangkan secara online dan informasi hasilnya dapat diakses setiap saat oleh orang tua siswa.

Tentu layanan digitalisasi ini akan maksimal kalau guru terus mengkreasi dengan “haus” ilmu dan metode terbaik dalam mentransformasi materi pelajaran di ruang ruang kelas. Sebagai sekolah berbasis keislaman, tentu akan sangat prihatin dengan fenoma phubing. Ketika hal ini telah menjamur dikalangan siswa, maka disana telah hilangnya marwah seorang guru.

Siswa telah kehilangan ruh dalam merealisasikan adab adab menuntut ilmu sesuai tuntunan sunnah nabi Muhammad saw. Maka, pengembangan pendidikan tahfidz quran yang telah menjadi ikon, harus diperkuat dan diperketat dengan penguatan pemahaman alquran. Sehingga cahaya alquran menerangi segala aspek kehidupan para siswa.

Perkembangan teknologi ya harus diikuti. Namun yang lebih penting lagi lagi literasi humanistis berdasarkan ayat ayat alquran dan sunnah harus terus dicelupkan dalam relung relung hati warga pendidikan SMA Al Muttaqin. Maka dengan pendidikan yang komprehensif dalam pemahaman alquran dan sunnah yang diimbangi dengan melek teknologi, setiap lulusan SMA Al Muttaqin dapat beradaptasi dan menjadi subyek kiprah keummatan dan kebangsaan dikemudian hari ketika mereka berkiprah di era industri 4.0 ini.***