Serbaneka Alumni Memaknai Cinta Dalam Mendidik

SERBANEKA PADA ALUMNI DALAM MEMAKNAI 

BERKAH CINTA DALAM MENDIDIK 

(dari guru maupun siswa)

Oleh Aep Saefuloh, S. Pd., M.Pd. I.

Berjihad dalam Pendidikan adalah Perbuatan Mulia, 

tidak terbatas oleh Ruang dan Waktu

  • Guru Assabiqunal Awwalun dan yang sudah tidak mengajar lagi di SMA Al Mutttaqin
  • Guru Assabiqunal Awwalun

 

Assabiqunal Awwalun artinya orang-orang atau sahabat yang pertama, In In Kadar Solihin, S.S adalah orang yang pertama kali saya kenal melalui berkas lamaran untuk menjadi guru pada waktu itu bulan Maret 2003, sehingga saya masih ingat map lamaran beliau dengan seabreg tulisan yang dilampirkan, sehingga menjadi daya tarik tersendiri karena beliau pandai dalam menulis dan SMA Al Muttaqin memerlukan sumber daya manusia seperti itu. Alhamdulillah beliau memberikan untaian mutiaranya dalam buku ini.

Berkah  Mendidik dengan Cinta merupakan sebuah karya kontemplasi yang cukup mendalam, merefleksikan diri bagaimana menjadi seorang pendidik yang memiliki kebarokahan bagi putra/putri didiknya.  Lebih dari itu, merupakan sebuah asa manifestasi ilahiah, melahirkan generasi muda muslim yang lebih baik, sebuah generasi emas yang bermanfaat bagi kehidupan umat dan bangsa. 

Untuk melahirkan generasi emas yang berkualitas, peran pendidik berada pada garda terdepan setalah pendidikan di lingkungan keluarganya. 

Terdapat sejumlah ayat dalam  Al Quran yang menuntun para pendidik agar mampu menebar cinta dan kasih sayangnya untuk masa depan mereka, melahirkan putra-putri yang dididik supaya lebih berkualitas. 

QS An Nisa: 9 menyebutkan, ‘Hendaklah orang-orang itu khawatir, jangan sampai melahirkan generasi yang lemah setelah mereka’,” 

Pesan dalam QS Annisa 9 ini, menjadi sebuah energi dalam menebarkan rasa cinta dalam mendidik.  Energi melahirkan generasi yang lebih mumpuni. Semuanya dapat terealisasi dengan bahasa cinta kepada anak dalam melakukan pendidikan.  

Dominasi bahasa cinta anak, menjadi kunci keberhasilan guru dalam memberi pengaruh pada peserta didik. Kasih sayang, empati, dan kelembutan hati, dan simpati, serta kolaburasi dari pendidik,  mendorong pesan yang disampaikan dengan cepat menembus pikiran dan hati seorang peserta didik.

Ketika disampaikan dengan bahasa cinta, suatu pesan dalam mentantransfer sebuah wawasan, memberikan sebuah perintah, akan masuk ke level keyakinan atau belief system,  maka akan mudah dikerjakan oleh anggota tubuh. Bila pesan ini sudah masuk ke belief system yang berada pada pikiran bawah sadar, maka dengan mudah sistem ini memerintah anggota tubuh untuk melaksanakannya. Berbeda dengan anak yang hanya tahu, tapi belum yakin, maka sulit untuk melaksanakannya.

Hal inilah, menjadi kekuatan inti dari refleksi Berkah  Mendidik dengan Cinta, buah dari pengalaman menjadi pendidik selama sekian puluh tahun, dan terasakan hasilnya dari pandangan “para mantan” peserta didiknya. 

Mendidik dengan cinta adalah tema yang sangat pas ditengah asa pendidikan berkualitas. Refleksi pendidikan berdasarkan cinta relatif jarang ditemukan, baik di sekolah maupun di dalam keluarga. Apalagi dewasa ini, dunia pendidikan tergelayuti oleh kemajuan teknologi yang serba instan dan praktis dalam transfer of knowledge. Kehilangan ruh sentuhan komunikasi yang lebih komunikatif antara pendidik dan peserta didik.   

Dalam buku ini, penulis ingin membagikan refleksi sekaligus informasi tentang model pendidikan yang terkait dengan ide dan strategi dalam mendidik  yang lebih humanis.

Penulis memberikan penguatan, jika pendidikan hanya mengajarkan kecerdasan intelektual dan mengesampingkan pendidikan tarbiyah (emansipatoris) yang mendukung dan memanusiakan manusia, maka pendidikan yang dikeluarkan menomorsatukan karakter dan moralitas luhur, malah melahirkan ketidakberhasilan.

Oleh karena itu, penulis  pada beberapa bagian tulisannya, memberikan sebuah simpulan menarik untuk keberhasilan dalam mendidik seperti kata-kata positif dan dapat mendukung perilaku baik anak, memberikan apresiasi apapun yang terjadi pada peserta didik. Dan yang lebih penting lagi, penulis memberikan tips, pendidik harus memiliki prinsip mendidik sebagai bagian dari ibadah dan memahami proses pendidikan sebagai bagian dari aktualisasi (perasaan) cinta. 

Berkah mendidik dengan cinta, insya Allah menghindarkan terlahirnya generasi  dzurriyatan dhia’fan, tetapi terlahir generasi dzurriyatan thayyibah. Sebuah ihtiar suci  Rabbi habli min ladunka dzurriyatan thayyiban innaka sami’ud du’a. Ya Allah, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (QS Ali Imran ayat 38). Sebuah asa membangun generasi emas dengan berkah mendidik dengan cinta. *

 

  • Guru Alumni (Pengajar yang meneruskan jihad dalam Pendidikan di tempat yang berbeda)

 

Mengapa disebut guru alumni ? pertanyaan yang akan muncul dari sebagian orang yang pernah dekat ataupun tidak dengan lembaga ini. Dikatakan guru alumni bagi siapa saja yang telah mengabdikan diri dan mengajar di SMA Al Muttaqin walaupun sebentar, maka dalam rangka meneruskan cinta dalam dunia pendidikan Alhamdulillah kebiasaan baik SMA Pavorit di Priangan Timur dan mulai beranjak ke Pprovinsi, Nasional bahkan Internasional ini senantiasa dipelihara sejak awal tahun berdiri 2003 yang silam, berikut goresan tinta emas dari Diana Arianti Suherman, M.Pd. 

Mendidik dengan cinta, dan mencari keberkahan di dalamnya… 

Kalimat ini seyogyanya menjadi ruh setiap orang tua,  terutama pendidik. Sebagai orang tua, sebagian besar dari kita selalu bisa menerima anak tanpa syarat, mencintainya tanpa syarat tetapi menjadi seorang guru, keyakinan dan keterampilan mencintai peserta didik memerlukan proses yang panjang. Perlu diasah, dipupuk, dibina dan disiram setiap saat. Buku ini menyadarkan dan mengajak kita arti pentingnya bahasa cinta seorang guru terhadap siswanya.

Tidak ada cinta tanpa penerimaan, hal ini tersirat jelas dalam buku ini. Hal ini adalah awal dalam menumbuhkan cinta. Menerima bagaimanapun kondisi siswa, juga penerimaan bahwa dirinya telah memilih jalan menjadi seorang guru. Seorang sosok yang digugu dan ditiru. Sudah selayaknya, para pendidik menyadari, tugas mereka bukanlah hanya mentransfer materi, tetapi setiap hari yang dilewati, dirinya sedang mengemban amanah membangun peradaban, membangun generasi terbaik, generasi emas. Dan ini tentu saja tidak bisa terwujud tanpa keberhasilan guru dalam mempengaruhi siswanya. Kasih sayang, empati, penerimaan, kelembutan hati dan lisan, yang timbul dari keikhlasan, hal inilah yang mampu mesinergikan ikatan batin antara guru dengan siswanya. Ketika sinergi ini telah terjalin, pesan moral, adab, kebiasaan baik tidak sulit untuk berkembang dalam diri siswa, dan inilah inti dari proses Pendidikan. 

Proses mencintai merupakan proses seumur hidup, Dalam buku ini, penulis mencoba membagikan refleksi bagaimana mendidik dengan cinta, proses mendidik secara humanis. Dengan Bahasa yang lugas dan mudah dipahami, ditambah dengan contoh-contoh konkrit, buku ini seolah menjadi angin segar dan pengingat bagi para pendidik untuk menyadari pentingnya memiliki keterampilan mengemas cinta dalam proses Pendidikan. 

Berkah mendidik dengan cinta, sesuatu yang harus dipahami setiap guru bahkan orang tua. Semoga mimpi dan cita-cita kita untuk melahirkan generasi terbaik dapat Allah anugrahkan kepada kita. Aamiin. 

Salam cinta untuk semua pendidik…

 

  • Para Alumni (Partner Dakwah)

 

Dulu ananda semua merupakan murid kami, peserta didik kami biasa belajar yang terbatas empat dinding tembok alias kelas, tapi setelah lulus tamat dan menjadi alumni, maka bergeserlah predikatmu dari siswa, murid, peserta didik menjadi partner dakwah, Allahu Akbar …

Pendidikan SMA hanya membantu meletakan dasar batu pertama ke arah kedewasaan untuk memaknai kehidupan, dengan ijin Allah swt. SMA        Al Muttaqin telah meluluskan ribuan alumni dan Alhamdulillah mereka tersebar diberbagai pelosok dengan aktivitas yang berbeda, berikut sebagian bentuk rasa kangen mereka dalam bentuk goresan tintanya yang original, semoga berkenan.

Affrilia Utami Angkatan 9, menuliskan bentuk cintanya kepada almamater pada tanggal 30 Desember 2020, beliau siswa yang aktif dalam menulis juga siswa yang kerap menyabet trophy dalam even perlombaan-perlombaan yang bergengsi, orangnya kalem, humble, hormat pada guru dan berwawasan luas sehingga bisa keliling dunia.

Mengenang cinta lebih dari kenangan,​ selintas kalimat tersebut muncul usai membaca beberapa tulisan Pak Aep yang saya terima.

Mungkinkah manusia dapat dengan sempurna mencintai? Banyak dari kita, mungkin termasuk salah satu di antaranya kita yang mencintai dengan ego dan kelekatan pada kepentingan diri. Kita tidak untuk dilahirkan dengan kesempurnaan, namun ketidak sempurnaan kita yang menjadikan pembelajaran akan hidup menjadi lebih indah dan menantang.

Dari tulisan pak Aep kita belajar agar cinta tidak menjadi cacat. Tidak menjadi transaksi. Apalagi ketika kegagalan cinta berubah menjadi benci. Cerita lama yang tak kunjung berubah di dalam kamus manusia. Cinta yang tidak dapat dipahami secara sempurna akan selalu mengandung kepentingan diri yang tersembunyi, bukan rasa saling memiliki dan kemudian menjaganya yang menjadikan besar peran fungsi pendidikan di dalamnya.

Padahal, cinta adalah inti dari semua agama dunia, terlebih Islam. Teladan terbaik manusia yakni Muhammad Saw, bagaimana beliau mengajari kebathilan dan kebodohan dengan cinta yang menyejukan. Beliau bukan saja milik Islam tapi semua manusia di dunia menjadi keteladanannya. Cinta yang tidak hanya diarahkan pada manusia, tetapi juga kepada semua mahluk, dan kepada sang Pencipta.

Maka sekali lagi Pak Aep meruncingkan suatu kunci dari kehidupan manusia untuk saling mencintai dan memberi. Dan pendidikan dengan cinta merupakan suatu solusi terbaik untuk mempertahankan kedamaian dan kemajuan di seluruh permukaan bumi hingga akhirat.

Selama mengenyam pendidikan di SMA Al Muttaqin, banyak dorongan yang buat saya lebih memahami tujuan dan prinsip hidup dari guru-guru yang melindungi pondasi pendidikan dengan cinta yang memagarinya. Anak-anak yang bisa lebih cepat berkembang dibahan bakari dengan peletakan cinta yang baik dan kuat yang kemudian menjadi kuda-kuda bagi diri dan hatinya.

Cinta yang seperti apa? Cinta dalam bentuk peleburan kepada Tuhanlah yang menjadi ajaran tertinggi. Cinta dalam kebaikan yang menjadi bentuk seni menjalani hidup dengan lebih baik dan penuh kedamaian dalam jiwa.

Barokallah pak Aep, terima kasih sudah menuliskan ini untuk kami kenang. Semoga bisa terus menulis dan menebarkan cinta sedalam-dalamnya.

Fawaz Muhammad Sidiqi Angkatan 8, Partner dakwah yang kedua ini, orangnya serius dan mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar dan juga hobinya menulis serta pernah menjadi bagian dari penentu kebijakan di Universitas Diponegoro yaitu mejadi angota Majelis Wali Amanah (MWA).

“… Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri, jika pendidikan yang berkembang saat ini juga kerap menanggalkan dan meninggalkan para anak didik dalam kubangan pesimisme. Oleh karena itu, tidak jarang pula kita menyaksikan banyak anak didik yang merasa kesepian di tengah keramaian dan perkembangan zaman seperti yang terjadi sekarang ini..”

Penggalan paragraf di atas jadi salah satu kutipan favorit saya dari tulisan pak Aep tentang Berkah Cinta dalam Mendidik. Sekalipun hampir setiap detil tulisannya memang memiliki pesan dan kesan mendalam. Sebuah tulisan yang tidak hanya datang dengan teori kosong tapi juga berangkat dari pengalaman seorang guru yang sudah lama  berkecimpung di dunia pendidikan.

Ide dan tajuk “Berkah Cinta dalam Mendidik” buat saya sendiri seolah jadi jawaban dan oase di tengah problematika pendidikan hari ini yang (sesuai pak Aep tuliskan) sering disalahartikan.

Banyak orang menganggap bahwa pendidikan adalah soal seberapa luas dan indah, serta lengkap fasilitas fisik; seberapa banyak peserta didik atau bahkan seberapa mahal biaya pendidikannya.

Padahal sekalipun masing-masing hal di atas mungkin saja penting, tetapi sejauh yang saya pahami dan rasakan justru sosok guru-lah yang menjadi unsur terpenting dari sebuah proses pendidikan.

Guru yang memiliki prinsip mendidik sebagai bagian dari ibadah dan memahami proses pendidikan sebagai bagian dari aktualisasi (perasaan) cinta.

Guru yang memiliki karakter demikian menurut hemat saya tidak hanya akan dapat menghasilkan murid berkualitas, tetapi manusia yang siap menghadirkan kebaikan dan perbaikan baik ketika masih belajar maupun pasca-lulus sekolah.

Barakallahufiikum…

Tulisan yang bagus dan cocok dijadikan bahan refleksi kita, pak 👍

Daniel Tohari Angkatan 13, sosok peserta didik yang sangat sederhana, bersahaja tapi penuh makna pada masa itu, dia senantiasa tawadlu kepada semua warga sekolah terlebih kepada gurunya, dengan ijin Allah bisa berlabuh di Universitas Brawijaya sesuai dengan passionnya, dan mengukir prestasi lewat penelitian sehingga bisa ke luar negeri dan membawa trophy, beliaupun ternyata menyimpan kenangan cinta dalam sanubarinya.

“…dalam sebuah keluarga juga untuk menuju keharmonisan butuh cinta dan perhatian lebih sehingga sejuta langkah terus dicari, begitupun dalam mendidik membutuhkan jurus akurat dan jitu supaya materi yang akan disampaikan kepada peserta didik bisa sampai ke lubuk hatinya…”

Penggalan paragraf tersebut menjadi hal yang menarik untuk diulas lebih dalam bagi saya pribadi. Suatu konsep “cinta” di dalam dunia pendidikan sangat penting untuk ditumbuhkembangkan. Perasaan yang menjadi modal utama dalam meningkatkan keharmonisan rumah tangga ini juga akan menjadi modal yang serupa bagi setiap guru dan siswanya di sekolah, bagaimana mungkin setiap coretan ilmu dari sang guru akan tersampaikan ke dalam hati siswanya jika konsep “cinta” ini tidak ada?

Mengapa demikian? Bayangkan saja seekor harimau yang terkenal dengan keganasannya akan luluh dalam belaian pawangnya. Seorang pawang ini bukanlah seorang pesulap apalagi dukun, tetapi hanya manusia biasa yang senantiasa menanamkan rasa cintanya kepada harimau setiap saat, analogi yang sama antara guru dan siswanya. Seorang guru yang hebat bukanlah pesulap ataupun dukun, melainkan seseorang yang senantiasa menanamkan dan merawat rasa cintanya kepada para siswa setiap saat. Mengapa setiap saat? Mengapa tidak di waktu sekolah saja? Karena guru akan senantiasa mendoakan para siswanya setiap saat agar menjadi seseorang yang bermanfaat bagi agama dan bangsanya di suatu hari nanti.

Penulis buku ini merupakan seorang guru yang bukan hanya sekadar bertitel “guru”, melainkan juga sesosok yang selalu menebar “cinta”nya kepada setiap siswa dengan karakter yang beragam. Saya menjadi ingat kembali pada waktu SMA ba’da dzuhur setelah sholat di masjid, Pak Aep dengan percaya dirinya memberikan kesempatan kepada saya untuk mengukir nama di ITB dengan mengikuti salah satu lomba yang cukup terkenal pada masanya, yaitu Olimpiade Astronomi Astara Ganesha 2017 dan dari lomba tersebut saya bisa merasakan bangganya mengalungi medali perak di depan salah satu kampus terbaik negeri ini, ITB. Tidak sampai di situ saja, Qodarulloh, Pak Aep hadir di dunia sekolah menengah saya untuk mendukung, memotivasi, dan memberikan saya pelajaran berharga tentang kesabaran dan pantang menyerah. Medali tersebut menjadi saksi sejarah bahwa guru yang cinta kepada siswanya akan mencetak generasi-generasi yang unggul di bidangnya. Terima kasih Pak.

Semoga ulasan singkat ini dapat menjadi “suplemen” bagi siapapun yang membaca buku ini, 

Barokalloh.

Strategi Fast sebagai Platform Best Practice Sekolah Budaya Riset

Oleh Drs. Jenal Al Purkon, M.Pd.

Strategi yang kami pilih dinamakan dengan FAST, yakni akronim dari Fathonah, Amanah, Sidiq, dan Tabligh. Strategi ini kami ambil dari intisari sifat  nabi Muhammad saw.

 

Fathonah memiliki arti cerdas. Memiliki makna, bahwa peserta didik SMA Al Muttaqin haruslah memiliki kecerdasan guna memahami dan menggali ilmu pengetahuan.

 

Amanah memiliki arti dapat dipercaya. Dalam hal ini, sekolah mendorong dan mendidik peserta didik agar kelak dapat dipercaya dan dapat menjadi pemimpin.

 

Shidiq artinya benar. Bukan hanya perkataan yang benar, tetapi juga perbuatannya yang benar. Ini memiliki makna, sekolah mendorong para siswa memiliki tutur kata sopan santun yang baik serta akhlak perilaku yang benar sesuai tuntutan nabi dan rasul.

 

Tabligh artinya menyampaikan. Dalam hal ini para lulusan SMA Al Muttaqin diharapkan dapat berkiprah dan berkontribusi bagi pembangunan umat dan bangsa masa depan.

 

Secara makna kata, Fast dalam bahasa Inggris memilki pengertian cepat. Dalam hal ini, saya ingin mewujudkan pemercepatan akselarasi program dengan cepat penuh perhitungan dan tepat sasaran,  namun tidak terburu buru.

 

Strategi FAST dalam menumbuhkembangkan budaya riset yang berkarakter,  pengembangan pemahaman keberislaman dan peningkatan akhlak mulia terimplementasi kepada program khas sekolah yang diberi nama Al Muttaqin Character Building (ACB).  ACB berupa TKK (Test Kecakapan Khusus) sebagai sebuah pemodelan test potensi siswa yang mengarahkan dan mengantarkan siswa agar mampu memahami, menghayati dan mengamalkan al Islam,  dan mampu memecahkan masalah melalui budaya riset.

 

Melalui FAST,  diarahkan bagaimana peserta didik mampu untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya,  memiliki jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan serta kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. FAST mendorong intelektualitas seseorang mengelola sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masal.

 

Tahapan Operasional Pelaksanaan Strategi

Untuk mewujudkannya tahapan operasional pelaksanaan strategi, yakni dengan koordinasi berjenjang:

  1. Briefing harian unsur pimpinan,

Ide gagasan pengembangan budaya riset sebagai ciri sekolah diwacanakan pertama kali ditingkat pimpinan yang terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan Kendali Mutu.

  1. Rapat mingguan,

Pada rapat ini, digagas pointer-pointer penting tentang pentingnya pengembangan budaya riset sebagai bekal para lulusan. Dimunculkan gagasan bagaimana membangun karakter lulusan sesuai dengan sifat-sifat nabi.

  1. Rapat pembinaan bulanan.

Pada momen ini dihadiri semua elemen guru. Kali pertama gagasan disampaikan kepada guru dan mewacanakan program untuk bias ditindaklanjuti.

  1. Rapat kerja

Disepakatinya semua elemen sekolah mengusung program sekolah berbasis riset dengan pendekatan membangun karakter sesuai sifat nabi FAST.

Untuk efisiensi dan efektifitas program, sekolah membentuk Tim Pengembang Sekolah yang terdiri dari guru-guru senior yang mewakili setiap rumpun bidang keilmuan dan pengembangan diri siswa.

Tahap selanjutnya dalam membangun program  budaya riset berbasis FAST adalah dalam bentuk sebagai berikut.

  1. Pelaksanaan goal program dimulai pada rapat kerja tahunan sejak tahun akademik 2015-2016 bahwa program unggulan SMA adalah pengembangan riset berkarakter dengan pendekatan FAST;
  2. Memberikan motivasi dan sosialisasi kepada seluruh warga sekolah tentang arti penting, dan filosofis FAST bagi pengembangan pribadi siswa sebagai pemegang estafeta kepemimpinan ummat masa depan.
  3. Merumuskan standar materi atau strategi implementasi program TKK Al Muttaqin Character Building yang terdiri atas komponen:
  4. Karya Keilmuan/Penelitian
  5. Muhasabah FAST
  6. Al Islam (Praktik Ibadah, Aqidah, Fiqih)
  7. Hamilil Quran
  8. Pemberian motivasi dan aplikasi FAST kepada siswa dilakukan oleh setiap guru yang mengajar di kelas,
  9. Pengembangan budaya hamilil quran yang dilaksanakan pada setiap jam pertama KBM dan dilaksanakan test murojaah setiap bulannya..
  10. Penataan lingkungan belajar baik untuk indoor maupun outdoor learning yang menunjang kepada budaya riset;
  11. Membangun kebersamaan antara elemen-elemen sekolah;
  12. Memberikan program pendidikan yang menantang seperti munaqosyah
  13. Pengembangan sekolah berbasis riset diawali dengan pembuatan program
  14. Penguatan ekskul KIR IQRA dan Jurnalistik Q SMART
  15. Program Karya Keilmuan/Penelitiaan bagi siswa sesuai peminatan yang dipilihnya
  16. pembuatan majalah (Muttaqin Magazine) MM bagi guru dan Q Smart bagi siswa.
  17. Pemberian penghargaan Teacher Award bagi guru,
  18. Pemberian penghargaan Student Achievemt Award bagi siswa
  19. Menyelenggarakan event lomba ASC (Al Muttaqin Student Challenge)
  20. Menyelenggarakan pameran karya penelitian di ajang ASC
  21. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana pencapaian yang telah dilakukan oleh sekolah.

Dengan dua tahapan operasional ini, diharapkan SMA Al Muttaqin menjadi salah satu sekolah unggulan yang menawarkan keseimbangan kompetensi lahir dan batin, yakni iman, ilmu, amal, dan ikhlas berkarya dalam hidup di masyarakat.

 

PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI PULAU JAWA TERHADAP PEMBERLAKUAN HOME LEARNING DI MASA PANDEMI COVID-19

 

 

 

Oleh: Yanti, S.Si., M.Si

 

Pandemi yang disebabkan oleh Coronavirus disease (Covid-19) telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk negara Indonesia. Wabah ini berdampak pada berbagai bidang kehidupan manusia, tidak hanya pada bidang kesehatan, tetapi juga bidang industri, jasa, pariwisata, ekonomi, serta  pendidikan. Salah satu bidang yang terdampak cukup signifikan adalah bidang pendidikan.

Pemerintah secara terpaksa menetapkan kebijakan berupa pemberhentian kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sebagai gantinya, kegiatan belajar dan mengajar dilakukan di rumah (home learning). Home learning di masa pandemi ini dianggap sebagai terobosan atau paradigma baru dalam kegiatan belajar mengajar, dimana dalam proses kegiatan belajar mengajar antara siswa dan guru tidak perlu hadir di ruang kelas. 

Media pembelajaran yang dapat digunakan pada saat home learning diantaranya adalah media pembelajaran berbasis e-learning. Pembelajaran berbasis e-learning memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Home learning dengan media pembelajaran berbasis e-learning diharapkan dapat meningkatkan kemampuan belajar mandiri siswa terutama siswa SMA. Hal ini dikarenakan siswa SMA harus sudah bisa belajar mandiri dan siswa SMA akan melanjutkan ke jenjang berikutnya yang membutuhkan kemandirian lebih tinggi.

Pembelajaran berbasis e-learning berakibat pada perubahan budaya belajar. Terdapat komponen penting dalam membangun budaya belajar dengan menggunakan e-learning diantaranya siswa dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi dan mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. 

Dua siswa SMA Al Muttaqin Kota Tasikmalaya (Sylna Aini Ambarsari dan Tiara Nur Azizah) di bawah bimbingan guru pembimbing (Yanti, S.Si., M.Si) melakukan penelitian untuk mengetahui persepsi siswa sekolah menengah atas terhadap pemberlakuan home learning dan efektivitas media e-learning yang digunakan di masa pandemi Covid-19.

Penelitian ini terdiri dari pengisian google form dan wawancara berupa pertanyaan terbuka. Untuk mengetahui persepsi, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan google form berupa pertanyaan terbuka. Sedangkan, untuk mengetahui efektivitas media e-learning yang digunakan, peneliti menggunakan metode wawancara terbuka yang dilakukan secara online menggunakan aplikasi zoom. Proses penelitian ini dilakukan secara dalam jaringan (daring) di rumah masing-masing peneliti. Jumlah keseluruhan responden yang bersedia mengisi kuesioner terbuka mengenai persepsi berjumlah 133 siswa SMA domisili sekolah berada di Pulau Jawa. 

Persepsi siswa terhadap pemberlakuan home learning di masa pandemi Covid-19 diamati dari tiga aspek, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Aspek kognisi terdiri atas tema eksternal, internal dan netral. Sebagian besar jawaban berada pada tema eksternal, bahwa home learning merupakan alternatif/solusi untuk mencegah penyebaran Covid-19. Jawaban pada tema internal berpendapat bahwa home learning itu sulit untuk difahami, bosan dan membuat sakit mata karena penggunaan gawai yang terlalu lama. Pada tema netral, mereka menjawab terdapat kelebihan dan kekurangan pada home learning

Aspek afeksi terdiri atas tema emosi positif, negatif dan tidak emosi. Sebagian besar jawaban berada pada emosi positif, mereka merasa senang dan rindu. Mereka merasa senang karena tetap dapat berinteraksi dengan temannya walaupun secara daring, mereka juga merasa rindu jika ada pembelajaran yang dilakukan secara live teaching diantaranya melaui aplikasi zoom.

Menurut persepsi yang bertemakan emosi negatif, mereka merasa hubungannya tidak sedekat dahulu, canggung, kesulitan dalam berkomunikasi, melelahkan, interaksinya kurang puas dan terkadang malas. Selain itu, ada juga jawaban yang mengatakan bahwa siswa merasa terbebani ketika berinteraksi dengan guru, dikarenakan guru-guru hanya memberi tugas kemudian offline. Sebagian kecil jawaban yang bertemakan tidak emosi adalah mereka merasakan hal yang biasa-biasa saja. 

Aspek konasi terdiri atas tema antusiasme siswa, ketekunan siswa, kedisiplinan siswa dan inisiatif siswa. Menurut persepsi siswa berdasarkan tema antusiasme mereka berpendapat agar tetap berperan aktif walaupun pembelajaran dilakukan secara home learning, bertanya jika ada materi pelajaran yang belum difahami, diskusi dengan teman, saling mengingatkan dengan teman dan mengikuti arahan pembelajaran yang ditentukan.

Berdasarkan tema ketekunan siswa, mereka beranggapan aksi yang dapat mereka berikan agar tetap aktif adalah dengan tetap berusaha belajar, mendengarkan guru ketika sedang menjelaskan materi dan belajar secara mandiri di lain waktu pembelajaran bersama guru. Berdasarkan tema kedisiplinan siswa, mereka beranggapan aksi yang dapat mereka berikan agar tetap aktif adalah dengan tetap disiplin, dimana siswa dapat absen tepat waktu, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan mengumpulkannya tepat waktu dan mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum belajar dimulai. Berdasarkan tema inisiatif siswa, mereka beranggapan aksi yang dapat mereka berikan agar tetap aktif adalah dengan memotivasi diri agar terus semangat dalam mencapai sesuatu yang diinginkan, menggali dan mencari kreativitias, mencari sumber/referensi materi dan membuat catatan/rangkuman dari materi yang telah didapatkan.

Efektivitas Media E-Learning di Masa Pandemi Covid-19 diteliti melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan sasaran, sumber dan proses. Pada pendekatan sasaran, jawaban yang dihasilkan adalah siswa dapat memahami materi pelajaran apabila guru menggunakan aplikasi zoom sebagai sarana penyampaian materi, sehingga memudahkan siswa memahami materi dan juga suasana belajarnya sama seperti pembelajaran tatap muka.

Pendekatan sumber menunjukkan bahwa sarana pendukung home learning adalah memadai. Pendekatan proses menunjukkan adanya kendala, namun kendala tersebut sebagian besar dapat terselesaikan.

Peneliti menyimpulkan bahwa home learning merupakan alternatif/solusi untuk mencegah penyebaran Covid-19. Efektivitas media e-learning di masa pandemi Covid-19 cukup efektif apabila guru menggunakan aplikasi tatap muka online seperti zoom sebagai sarana penyampaian materi sehingga memudahkan siswa memahami materi dan juga suasana belajarnya seperti pembelajaran tatap muka.

 

(Dokumentasi wawancara bersama salah satu responden)

Buah Cinta, Hadirkan Peserta Didik Khusyu, Cerdas, dan Shaleh

Oleh Aep Saefuloh, S.PD., M.Pd.I.

Kata cinta seolah merupakan nilai akhir yang diperoleh dengan tujuan ingin happy ending. Dirasakan atau tidak memang demikian, kehidupan tanpa cinta bagai sayur tanpa garam alias hambar, tak berasa dan tidak keruan.

 

Happy ending merupakan buah cinta yang diinginkan semua orang dalam kehidupan karena buah cinta identik dengan buah hati, kesayangan, bahkan cinta sejati yang diharap.

 

Begitupun dalam dunia pendidikan. Jika seorang guru mengajar alias mentransfer ilmu tanpa persiapan, tanpa arah tujuan yang jelas, dan asal-asalan mohon maaf pasti hasilnya pun akan amburadul. Jika ada salah satu yang berhasil, hal itu boleh jadi hanya kebetulan alias keberuntungan sedang berpihak kepadanya.

 

Jangan-jangan, lahirnya para barisan intelektual yang merusak, para barisan cendikiawan yang menyengsarakan rakyat, dan para barisan ulama yang mengkhianati agama disebabkan oleh para guru yang tidak melakukan persiapan maksimal dalam mengajar.

 

Akibatnya, terjadi malapraktik dalam pendidikan dan tidak menutup kemungkinan malapraktik ini merasuk ke dalam kebijakan, kesehatan, keuangan, kesejahteraan, serta pada seluruh lini kehidupan. Nnaudzubillah!

 

Kita sudah cukup menderita. Suasana kelam di tahun 2020 dan tahun sebelumnya bisa menjadi contoh  malapraktik dalam segala hal telah dilakukan. Malapraktik dalam kebijakan sehingga kebijakan seolah menyejahterakan rakyat, tetapi mengalihkan perhatian saja.

 

Malapraktik dalam kesehatan mengapa tak kunjung selesai?  Pandemi covid 19 ini, jika serius dan terukur penangannya, tanpa ada tujuan (memanfaatkan situasi), wabah akan cepat selesai dan berlalu.

 

Malapraktik dalam keuangan/fulus pun terjadi sehingga hal ini  menciptakan garong, bangsat dan koruptor. Kita ambil contoh, malapraktik dalam kesejahteraan bansos.

 

Bansos yang seharusnya sampai ke masyarakat eeh malah parkir di beberapa station sehingga calo pun ikut larut di dalamnya.  Musibah tersebut semoga Yang Maha Kuasa cepat menyelesaikannya dan mengganti dengan yang terbaik.

 

Beralih lagi ke buah cinta, jika semuanya dipersiapkan dengan maksimal dalam seluruh lini kehidupan pastilah berhasil. Meskipun dalam kenyataannya, ada ketidaksesuaian beberapa persen itulah corak kehidupan “proses tidak akan menghianati hasil”.

 

Didiklah keluarga, peserta didik, dan masyarakat tentang kekekhusyuan, ketawadluan, dan keistiqamah. Itulah bekal utama dalam pendidikan pada seluruh disiplin ilmu.

 

Dengan izin Allah swt. tiga ikhtiar tersebut akan melahirkan generasi yang khusyu hatinya (kekuatan cinta mendalam), cerdas pikiranya, dan shaleh amalnya. Yuk kita berdoa kepada Allah swt. dengan khusyu, tawadlu dan istiqamah semoga Allah swt. mengabulkan doa kita.

 

« اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ ، وَمِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَؤُلَاءِ الْأَرْبَعِ »
“Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu’, doa yang tak terkabul, perut yang tak pernah kenyang dan ilmu yang tak bermanfaat. Saya berlindung kepada-Mu dari kesemuanya itu.” (HR Turmudzi 5/519, Abu Dawud 2/92, dan Nasa’i 3/1113).

 

« اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ ، وَالْكَسَلِ ، وَالْجُبْنِ ، وَالْبُخْلِ ، وَالْهَرَمِ ، وَالْقَسْوَةِ ، وَالْغَفْلَةِ ، وَالْعِيْلَةِ ، وَالذُّلَّةِ ، وَالْمَسْكَنَةِ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ ، وَالْكُفْرِ ، وَالْفُسُوْقِ ، وَالشِّقَاقِ ، وَالنِّفَاقِ ، وَالسُّمْعَةِ ، وَالرِّيَاءِ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الصَّمَمِ ، وَالْبُكْمِ ، وَالْجُنُوْنِ ، وَالْجُذَامِ ، وَالْبَرَصِ ، وَسَيِّئِ الْأَسْقَامِ »
“Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari ketidakberdayaan, malas, rasa takut, kikir, pikun, kerasnya hati, pelupa, kehampaan, hina dan kemiskinan. Saya berlindung kepada-Mu dari fakir, kufur, fasiq, perpecahan, kemunafikan, ingin populer, dan pamer. Saya berlindung kepada-Mu dari tuli, bisu, kusta, belang-belang dan penyakit-penyakit buruk.” (HR Al Hakim No 1899).

 
Demikian, akhirul kalam, semoga bermanfaat. والله ولي التوفيق

Tumbuhkan Cinta dalam Segala Hal

Oleh Aep Saefuloh, S.Pd., M.Pd.I.

Tebarkan benih cinta dalam kehidupan ini sesuai kelasnya, supaya jelas arah tujuan cinta ini berlabuh seperti telah disampaikan pada kelas cinta.

 
Cinta itu harus diperjuangkan, untuk urusan yang satu ini, ingat bahwa ketika benih cinta itu mulai tumbuh dalam hati, maka perasaan hati tidak bisa dibeli atau dipaksa itulah cinta sejati yang bukan terlahir dari tatapan mata tapi dari hati, tidak usah putus harapan, yakinlah ada seseorang yang tulus mencintai walau dia bukan yang diharapkan. Memang cinta bisa disemai, dan bisa dirajut, namun tentu saja itu bukanlah hal yang mudah, perlu perjuangan, keuletan dan pasti pengorbanan.

 

 

Permasalahan cinta kerap kali membuat seorang terpuruk dan galau. Efeknya, hidup pun tidak semangat, mau ngapa-ngapain tidak maksimal. Yang namanya cinta tidak mungkin di dalam perjalanannya tidak mejumpai yang namanya permasalahan.

 
Meski sekuat apapun itu cinta yang bersemi di hati. Justru dan malah, cinta yang kuat, cinta yang besar cobaannya biasanya juga akan semakin besar. Tanpa kesabaran yang kuat, sebesar apapun cintamu, sekuat apapun cintamu, pasti akan tumbang terkalahkan oleh cobaan.

 
Ketulusan dan keikhlasan cintalah yang akan siap menghadapi permasalahan maupun cobaan meski segunung asal yakin dengan Ar Rahman (Yang Maha Pengasih lagi Penyayang) yang senantiasa membimbing dan mengarahkan. dalam hadits diingatkan supaya selalu menebar cinta, kasih dan sayang.  الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ، اِرْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

 

Cinta, kasih dan sayang merupakan satu makna yang tak terpisahkan, bagaimana cara mengimplementasikannya baik di dunia pendidikan maupun dalam kehidupan masyarakat.

 
Cinta, Kasih dan Sayang di Dunia Pendidikan
Realisasi menebar cinta, kasih dan sayang di dunia pendidikan bisa saja melalui sekolah ramah anak atau istilah apalah yang terpenting itu semua dapat dilaksanakan dengan penuh kesadaran, refleks dan tanpa paksaan.

 
Definisi Sekolah Ramah Anak adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.

 
Begitu pula dalam UUD juga menaungi hal tersebut di atas, antara lain sebagai berikut :
Pasal 28B (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”

 
Pasal 54 Undang-Undang Perlindungan Anak, yang menyatakan “Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temanya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.”

 
Pasal 70 ayat (2) menyebutkan “Setiap orang dilarang memperlakukan anak dengan mengabaikan pandangan mereka secara diskriminatif, termasuk labelisasi dan penyetaraan dalam pendidikan bagi anak-anak yang menyandang cacat.”

 
Cinta, Kasih dan Sayang di Masyarakat
Realisasi menebar cinta, kasih dan sayang di masyarakat ini sama tidak jauh seperti di dunia Pendidikan dan landasan pasalnya pun sama, tinggal yang membedakannya adalah kalau dunia pendidikan formal sifatnya, tapi kalau di masyarakat non formal.

 
Cara solutif dalam merealisasikan cinta, kasih dan sayang di masyarakat seperti menyelenggarakan POSYANDIK atau Pos Pelayanan Pendidikan.

 

 

Pos pelayanan Pendidikan ini supaya mudah diingat dan membuat masyarakat penasaran namai saja Posyandik “CINTA” yang kepanjangannya Cita Insprirasi Nyari Tahu Apa saja.

 

Siapa yang Mencintai Sesuatu Pastilah Ia Banyak Menyebutnya

Oleh Aep Saefulloh, S. Pd. M. Pd. I.
Kelas cinta dihadirkan untuk menjadi penyeimbang sekaligus rujukan hidup di posisi manakah kita berada.
Cinta yang seakan segalanya dalam kehidupan ini, seolah orang tidak berdaya sama sekali bila tanpa cinta, padahal cinta itu bukan makanan secara fisik yang akan memperkuat kehidupan.

Cinta dalam kata mutiara Arab pun diabadikan yaitu : مَنْ أَحَبَّ شَيْأً أَكْثَرُ ذِكْرِهِ “Siapa yang mencintai sesuatu pastilah ia banyak menyebutnya”. Ternyata cinta akan membuat siapa saja yang mengaguminya pasti akan banyak disebut dan siapa yang merasakannya rela berbuat apa pun demi yang dicintai.

Orang yang mencintai kedua orang tua akan berbuat semampunya untuk membahagiakan keduanya. Orang yang mencintai kekasihnya rela berkorban demi sang kekasih apapun yang harus dilakukan. Orang yang mencintai pekerjaannya akan bekerja siang malam tak peduli keras keringat banting tulang.

Al Qur’an memberikan informasi kepada seluruh penganutnya bahwa sudah menjadi fitrah manusia memiliki rasa cinta. Firman Allah swt. dalam surat Ali ‘Imran ayat 14 :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Tidaklah salah jika manusia meluapkan rasa cintanya dalam kehidupan, asalkan tepat pada tempatnya dan tahu kelas atau tingkatan dari cinta itu sendiri.

Literatur tentang kelas atau tingkatan cinta itu sangatlah banyak seperti Ibnu Qayim Al Jauziyah, dia membagi sampai 6 tingkatan mulai dari teratas sampai terendah yaitu, Tatayyum (Penghambaan), ‘Isyk (kemesraan), Syauq (kerinduan), Shababah (empati), ‘Athf (simpati), dan Aqalah (pola pikir/cinta biasa terhadap sesuatu).

Pada kesempatan ini, kelas cinta hanya dua saja yang akan dibahas sebagai simpulan dari beberapa kelas atau tingkatan yang telah dijelaskan, dua kelas cinta ini bukan kelas A dan B, MIPA dan IPS, melainkan tingkatan cinta yang harus sama-sama dipahami, dua yang dimaksud adalah cinta kepada makhluk dan cinta kepada Khaliq.

Cinta Kepada Makhluk
Cinta kepada makhluk merupakan fitrah manusia yang Allah swt. anugerahkan kepada manusia, seperti dijelaskan pada ayat di atas, antara lain wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.

Jika mencintai itu semua tentunya tidak mengapa, asal tidak dengan berlebihan karena itu semua sifatnya kesenangan dunia dan akan punah, rusak alias fana (tidak abadi). Begitupun dalam kehidupan sehari-hari, Hablum Minannas atau interaksi sosial harus dilakukan tapi dalam batas kewajaran, yang pokok intinya cinta kepada makhluk biasa saja.

Firman Allah Ta’ala mengingatkan dalam surat At Taubah ayat 24 :

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Interaksi sosial mutlak dibutuhkan, Ketika wajar dilakukan, jangan sampai berlebihan sehingga Sang Khaliq murka dan membuktikan keputusan-Nya secara nyata dan sangat naif ketika sudah berada pada predikat fasik.
Cinta kepada Sang Khaliq
Pada kelas cinta yang kedua ini, bukan berarti menempatkan cinta kepada Sang Khaliq ini dinomor duakan, akan tetapi mengurutkan cinta, cinta kepada makhluk itu biasa sedangkan cinta kepada Sang Khaliq harus luar biasa.

Cinta kepada Sang Khaliq yaitu tingkatan tertinggi dalam mencintai, dan hanya hak Allah semata. Tiada lain yang berhak kita cintai pada tingkatan ini, kecuali Allah swt.

Orang yang memiliki cinta ini akan merasa sesungguhnya dirinya adalah secara total milik Allah swt. Firman Allah mengingatkan dalam surat Al Baqarah ayat 284 yang artinya: Totalitas dalam penghambaan dan ikhlas lillahi ta’ala dalam segala hal, dirinya tidak memiliki apapun atas dirinya sendiri, semua yang lahir maupun batin adalah milik sang kekasih, Allah swt. Cinta ini adalah hakikat dari penghambaan sehingga siapa yang telah sempurna sifat ini, maka telah sempurna cintanya.

Ada sebuah kisah menarik, seorang pendidik di dunia pendidikan dan dia seorang ustadz, pada pagi sampai sore berada di kantor atau berada di ruangan atau kelas untuk mendidik para calon pendidik ataupun pendidik, kepala sekolah bahkan pengawas sekalipun, beliau saat ini bertugas di P4TK Bahasa, pada malam hari beliau pergi ke tempat yang mengundangnya untuk berceramah, orangnya tampan, putih berseri dan tulus senyumannya, dia adalah Ustadz. Dr. Ahmad Ghozi berasal dari Bekasi.

Pada suatu malam, dikabari oleh putra tercinta yang sedang mondok di sebuah pesantren terkenal yaitu Ponpes Darussalam Ciamis Jawa Barat, bahwa putranya tersebut terkena musibah yaitu tabrakan antara motor dengan motor, betapa paniknya sebuah keluarga yang mendapatkan berita tersebut, mau melihat dan menyelesaikannya sulit karena terkendala jarak lumayan jauh.

Akhirnya dia menelpon saya pukul 21.43 WIB sebagai peserta didiknya yang berada di Tasikmalaya (tempo hari mendapat anugrah untuk mengikuti short couse Cairo lewat jasa beliau), dengan cemasnya berkali-kali dia menelpon dan yang ketiga kalinya akhirnya terangkat dan terjawab apa yang beliau maksudkan.

Tidak menunggu lama, langsung saya berangkat ke Ciamis, padahal beliau menyuruh besok pagi harinya, sampailah di RSOP Ciamis sekira pukul 22.20, kemudian bincang-bicang dengan pihak keluarga, dan melihat putra Ust. Ghozi sedangkan pasen satu lagi sedang dalam operasi tulang. Singkat cerita berurusanlah dengan pihak keluarga dan pihak kepolisian.

Qadarullah semua urusannnya dimudahkan. Ternyata bila dirunut dari peristiwa tersebut, apa yang beliau lakukan?, nampaknya yang beliau lakukan pertama kali adalah komunikasi dengan Sang Khaliq dengan penuh kecintaan dan ikhlas menerimanya meski harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit atas kejadian tersebut.

Semoga dari kisah tersebut dapat diambil hikmahnya, karena kejadian tersebut adalah kisah nyata tanpa ada rekayasa.

Dengan mengetahui tingkatan-tingkatan dalam cinta, semoga dapat membuat kita lebih mencintai Allah lebih dari apapun, dan menempatkan cinta kita kepada Allah di tingkat penghambaan yang total. Menempatkan cinta kepada makhluk sesuai dengan tingkatannya dan tidak berlebihan yang membuat kita melalaikan kewajiban.

Pendidikan sebagai Solusi Memperbaiki Kualitas Generasi Bangsa

Oleh Asep Solihin, S.T.

Pendidikan adalah salah satu metode atas keberlangsungan sebuah gagasan, ide, pemikiran, pemahaman, atau karya keilmuan yang bersifat soft. Dengan pendidikan, sebuah visi besar ke depan dibangun. Tidak ada metode lain yang bisa mentranformasikannya kecuali dengan pendidikan.

Dengan berbagai konsep yang disajikan, banyak harapan atas pendidikan yang berkualitas yang dapat menghasilkan generasi berkualitas juga. Konsep pendidikan akan terus bergerak secara dinamis sesuai tantangan zaman. Sebab, transformasi ilmu pengetahuan dan pengalaman akademis berkarakter kritis pada konsep pendidikan.
Kualitas suatu bangsa dapat dilihat dari konsep pendidikan yang dicanangkannya. Kualitas suatu bangsa bisa mengalami degrasai moral akibat glabalisasi semua bidang. Contohnya, tercermin dalam budaya bersih di suatu kota.

Tata kelola kebersihan suatu kota bisa menggambarkan seberapa besar pemahaman individu dan masyarakat terhadap pentingnya kebersihan. tatanan moral ini akan membentuk suatu pembiasaan. Pembiasaan ini akan muncul dan berproses seiring dengan pendidikan yang diserap dari pembiasaan keseharian.
Selain itu, pembiasaan merupakan konsep penerapan karakter yang handal. Contoh yang paling gampang dalam pengembangan karakter adalah dengan penelitian. Ketika karakter sabar dan disiplin tidak ada pada seorang peniliti, pengembangan keilmuan tidak akan terjadi.

Mengapa sebuah pembiasaan sangat penting? Ketika orang ditanya tentang dampak membuang sampah sembarangan, setiap orang pasti bisa menjawab dengan benar. Namun, ketika membuang sampah pada tempatnya boleh jadi belum terbiasa melakukannya.  Di sinlah konsep pendidikan yang berkualitas sangat didambakan karena pendidikan tidak hanya terletak pada ranah Kognitif saja, tetapi juga harus tembus ke ranah afektif dan Psikomotor.
Menilik sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sebagai landasan pendidikan, sebenarnya konsep pendidikan berbasis Alquran dan Assunah lebih relevan.

Hal ini bisa kita lihat pada ilmuwan muslim sebagai suatu cikal bakal perkembangan teknologi yang canggih sampai saat ini. Contohnya, perkembangan teknologi Informasi yang sangat dahsyat sampai hari. Kalau melihat sejarah penemu metode Algoritma sebagai basis ilmu TI adalah Al-khowarijmi. Jadi, sebenarnya ulama pada zaman dahulu sangat memahami konsep dasar sains dan teknologi. Di dalam alquran, Allah SWT menceritakan suatu kaum yang membuat bangunan megah dari gunung batu. Sekarang kita akan terpana kalau melihat gedung pencakar langit.

Sudah sepatutnya, konsep pendidikan yang berkualitas adalah konsep pendidikan yang berlandasarkan Aquran dan Assunah. Dalam Alquran, kata ilmu beserta bentukkanya tertulis sebanyak 854 kali lebih banyak dari kata Allah SWT. Hal ini menandakan betapa pentingnya pendidikan.

Konsep pendidikan berbasis Alquran dan Assunah telah membangun peradaban Islam yang mengalami masa kejayaan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia sampai saat ini. Semestinya, kita sebagai pelaku pendidikan mempersiapkan generasi penerus bangsa yang berlandaskan pada Alquran dan Assunah.

Bagaimana islam bercerita tentang konsep pendidikan yang dapat diterapkan dalam konsep pendidikan di SMA ALMUTTAQIN Kota Tasikmalaya? Ketika Alquran di turunkan, Allah SWT tidak serta merta langsung menurunkan secara serentak. Namun, Allah SWT lewat Malaikat Jibril mengajarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ummi (tidak bisa baca tulis) secara bertahap dan terbagi menjadi 2 (dua) fase, yaitu fase Makkah dan Madinah.

Bagaimana konsep pendidikannya, berikut sedikit gambarannya “Pendidikan pada masa Rasulullah SAW (610-632 M) ketika di Makkah , bertempat di rumah Rasul sendiri, rumah al-Arqam bin Abi Arqam, kuttab (rumah guru, halaman/pekarangan mesjid), Inti materi yang diajarkan; keimanan, ibadah dan akhlak, juga baca-tulis dan berghitung untuk tingkat dasar, al-Quran, dasar-dasar agama untuk tingkat lanjut. Guru disebut mu’allim atau mu’addib, , dan bagi tingkat dasar gurunya non muslim. Pada saat Islam datang hanya 17 orang Qurasy yang bisa baca tulis. Di Madinah tempat belajar ditambah mesjid, materi yang diajarkan ditambah; pendidikan kesehatan dan kemasyarakatan. Sistemnya halaqah. Metodenya; tanya-jawab, demontrasi dan uswah hasanah, murid disebut dengan ashhabush shuffah” (Nizar, 2007: 5-22, dan Asari, 1994:27).

Dari dasar di atas, sebenarnya, kajian akan lebih luas. Namun, ada sedikit gambarannya yang harus diambil dan dikaji, yakni bagamana menyajikan suatu target pendidikan pada setiap jenjang. Setelah menentukan target tertentu pada setiap jenjang , sekarang bagaimana kajian tentang metodologinya? Kajian metodologi pendidikan pada zaman rosulullah sekarang ini banyak sekali dicontoh oleh sekolah-sekolah yang berbasis kapitalis.

Malah, metode ini berdasarkan sejarah sudah ada sejak zaman sebelum Rosulullah SAW. Salah satu metode dari sekian banyak metode yang diterapkan adalah Kuttab. Masih banyak metode yang lain yang bisa diterapkan dalam menerapkan pendidikan yang berkualitas sebagai solusi mencetak generasi bangsa yang bekualitas.

Akhirnya, bagaimana menciptakan pendidikan berkualitas untuk memperbaiki kualitas generasi bangsa. Hemat penulis, kita harus kembali pada konsep pendidikan Al-Quran dan Assunah.

CINTA KARENA ALLAH

Cinta karena Allah adalah prioritas di atas segalanya

Oleh Aep Saefulloh, S.Pd., M.Pd.I

Islam merupakan agama paripurna yang mecakup seluruh aspek kehidupan, baik Hablum Minalloh maupun Hablum Minannas. Hablum Minalloh merupakan tali, hubungan ataupun perjanjian dari Allah swt. untuk hamba-Nya dalam hal ritual ibadah, sekaligus bentuk penghambaan yang dibuktikan dengan melaksnakan perintah dan menghambakan diri kepada Allah swt. Hablum Minannas tali, hubungan atau perjanjian dari manusia pada hubungan antar sesamanya dalam interaksi sosial dan berbaur dengan masyarakat.

Tali ikatan yang baik dengan Allah akan melahirkan kesalehan individu yang berkualitas tinggi begitupun tali ikatan dengan manusia akan melahirkan kesalehan sosial. Kedua ikatan atau hubungan tersebut harus terjalin dengan baik dengan penuh cinta dan kasih sayang, tentunya ada skala prioritas dalam pelaksanaanya.

Cinta karena Allah merupakan prioritas yang harus didahulukan dari segalanya karena ini merupakan penyerahan total kepada Ilahi dengan tujuan mengharap ridha Allah swt. semata dan juga berharap kuat supaya dapat merasakan halawatul iman -kelezatan dan manisnya iman. Rasulullah saw. telah berjanji kepada siapa saja yang mampu melaksanakan tiga perkara, ia pasti akan mereguk serta merasai lezatnya iman yang dikuatkan dengan kualitas dan kuantitas beramal, sebagaimana sabdanya :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ ـ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ـ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ ـ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ـ: ” لَا يَجِدُ أَحَدٌ حَلَاوَةَ اْلإِيْمَانِ ، حَتَّى يُحِبَّ الْمَرْءُ لَا ِيُحِبُّهُ إِلَّا لِلّهِ ، وَحَتَّى أَنْ يَقْذِفَ فِي النَّارِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللهُ ، وَحَتَّى يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ” . رواه البخاري .

(Dari Anas bin Malik ra berkata: Nabi Muhammad saw bersabda: “Seseorang tidak akan pernah mendapatkan manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah; sehingga ia dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya; dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya.” Imam Al Bukhari.)

Wah! Sungguh berat ternyata demi merasakan kelezatan dan manisnya iman, ada skala prioritas yang harus dijalani meski terasa pahit dan penuh tantangan juga berat konsekuensinya, yaitu:
1. mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah;
2. siap dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya;
3. Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya
Pertama, Mencintai makhluk ciptaan Allah swt. merupakan naluri manusia yang wajar dan tidak bisa dibendung begitu saja, asalkan mencintainya tidak melebihi Sang Khaliq ini merupakan syarat mendapatkan kelezatan dan manisnya iman.
Kedua, kisah mengharukan demi keimanan. Hasil dari mendidik dengan cinta dan penuh keyakinan kepada Allah swt. terbukti di sebuah keluarga Siti Masitoh, meski dalam pendidikan non formal tapi sangat membekas dalam kehidupan mereka, meski harus meninggal dunia dalam siksaan dan lumuran darah.
Hazaqil merupakan suami dari Siti Masyitoh, beliau adalah sosok suami yang tangguh, kepercayaannya Firaun dan pembuat peti (ketika Nabi Musa a.s balita), keluarga ini adalah keluarga sederhana, didikannya bagus dan tahan uji sekalipun nyawa taruhannya tidak gentar asalkan tetap beriman kepada Allah swt.
Berikut kisah inspirasi buat keimanan kita yang mengharukan dari seorang sosok wanita yang siap mempertahankan bentuk penghambaannya kepada Allah di atas segalanya dan siap menghadapi apapun konsekuensinya. Konsekuensi seseorang yang ingin merasakan lezatnya iman siap menghadapinya sekalipun harus dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada harus kembali kepada kekufuran tentunya konsekuensi ini tidak sembarangan diucapkan dan dilaksanakan tanpa keimanan yang kuat di dalam hatinya, kisah mulia ini tentunya kisah yang dialami oleh Siti Masyitoh seorang ibu yang shalihah yang banyak orang menyebutnya ibu “tukang sisir” kuat imannya teguh pendiriannya yang siap berkorban demi mempertahankan keimanannya, berikut kisahnya:

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Pada malam aku di Isra’kan, aku mencium aroma yang sangat harum, maka aku pun bertanya, “Wahai Jibril, aroma wangi apakah ini?’ Jibril menjawab, ‘Ini adalah aroma wanginya Masyithah (tukang sisirnya) putri Fir’aun dan anak-anaknya.’ Aku pun bertanya lagi, ‘Ada apa dengannya?’ Jibril menjawab: ‘Suatu hari, ketika dia sedang menyisir rambutnya putri Fir’aun, tiba-tiba sisirnya terjatuh dari tangannya, Kemudian dia mengucapkan: ‘Bismillah.’ Maka putri Fir’aun bertanya kepadanya: ‘Apakah yang kamu maksud itu adalah ayahku?’ Dia menjawab: ‘Tidak, akan tetapi Tuhanku dan Tuhan ayahmu adalah Allah.’ Putri Fir’aun berkata: ‘Aku akan memberitahukan hal ini kepadanya.’ Masyithah menjawab: ‘Silahkan.’ Maka putri Fir’aun memberitahukan hal tersebut kepada ayahnya.
Lalu Fir’aun pun memanggil tukang sisirnya seraya berkata: ‘Wahai Fulanah, apa benar engkau memiliki Tuhan selain diriku?’ Dia menjawab: ‘Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.’ Maka Fir’aun memerintahkan untuk diambilkan bejana besar yang berbentuk patung sapi yang terbuat dari tembaga, lalu bejana itu dibakar, kemudian Fir’aun memerintahkan agar tukang sisir beserta anak-anaknya dilemparkan ke dalamnya.
Tukang sisir itu berkata: ‘Aku punya satu permintaan kepadamu.’ Fir’aun berkata: ‘Apa permintaanmu?’ Dia menjawab: ‘Aku meminta agar engkau mengumpulkan tulang-tulangku dan tulang anak-anakku di dalam satu kain lalu menguburkannya.’ Fir’aun berkata: ‘Itu hakmu atas kami.’
Lalu Fir’aun memerintahkan (kepada para pengawalnya) untuk melemparkan anak-anaknya, maka mereka pun dilemparkan di hadapannya satu persatu, sampai tibalah giliran putranya yang masih menyusu, dan sepertinya dia sangat terpukul karena anaknya tersebut, tapi anak tersebut berkata: ‘Wahai Ibu, masuklah ke dalam api, sesungguhnya azab dunia lebih ringan daripada azab akhirat.’ Maka  dia pun menceburkan dirinya sendiri ke dalam api’.”
Ketiga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya, inilah syarat terakhir untuk mendapatkan kelezatan dan manisnya iman, dua di atas sudah memberikan gambaran penting dalam kehidupan secara nyata di dunia, sekarang yang ketiga ini memerlukan keimanan yang kuat dan hati yang lembut, karena harus mempertaruhkan keyakinan dan membuktikannya bagaimana mencintai Allah dan Rasul-Nya yang secara kasatmata tidak terlihat alias abstrak, ini pun tidaklah mudah untuk meyakini dan mencintai Allah swt. dan Rasul-Nya.
Pembuktian iman, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya diperkuat dengan ihsan.
Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka jika engkau tidak terbukti melihat-Nya, maka sesungguh-Nya Dia melihatmu.
Kelezatan dan manisnya iman akan terasa bila ketiga tersebut dipadukan dengan cantik dalam satu kesatuan yang utuh. Bagaimana cinta karena Allah swt. dan hubungannya dengan mendidik, tentunya sangat erat sekali, kita runut dari penjelasan di atas yang pertama adalah cinta kepada makhluk Allah, bukankah keluarga dan peserta didik itu makhluk Allah ? oh jelas keluarga dan peserta didik adalah makhluk Allah, berarti dia harus diperlakukan dengan baik, penuh cinta dan kasih sayang, karena mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak tentunya dalam batas kewajaran tidak melebihi Sang Maha Pencipta dalam cinta dan kasih sayangnya, urutan kedua mempertahankan keimanan dan ketiga cinta Allah dan Rasul-Nya sehingga jelas bingkainya dalam mendidik, inilah hubungan terpenting cinta kepada Allah dan Rasulnya dalam mendidik.
Selanjutnya bahasan yang akan memperkuat yaitu kecintaan yang paling agung dan mulia di dalam kehidupan kita ini adalah kecintaan kita kepada Allah swt. Dimana jika seorang hamba mencintai Allah swt., maka konsekuensi akan muncul yaitu harus siap menjalankan perintah-Nya dan menjauhi bahkan membuangnya jauh-jauh tentang hal yang dilarang oleh yang dicintainya tersebut. Cinta kepada Allah juga mengharuskan membenci segala sesuatu yang dibenci oleh Allah swt.

Realisasi dalam Mendidik dengan Cinta

Oleh Aep Saefulloh, S.Pd., M.Pd.I

“Merealisasikan pendidikan dengan cinta butuh konsentrasi dan keuletan karena ditengah jalan pasti ada kendala yang berarti, untuk itu butuh pola dan rencana matang”

Merealisasikan pendidikan dengan cinta sangatlah tidak mudah melainkan butuh konsetrasi dan keuletan karena ditengah jalan pasti ada kendala yang berarti, untuk itu butuh pola dan rencana matang.
Penulis Alhamdulillah sebagai pendidik di SMA Al Muttaqin sedari awal mengabdikan diri sampai sekarang, diusianya yang tidak muda lagi SMA Al Muttaqin telah memasuki usia 17 tahun terus melakukan kreasi, inovasi dan akselerasi menuju kemajuan, dalam tulisan sederhana ini menawarkan solusi anternatif dalam merealisasikan Pendidikan dengan cinta, antara lain:
a. Strategi pendidik berbasis pengalaman
Pengalaman menarik dalam Pendidikan reguler yang di dalamnya ada peserta didik berkebutuhan khusus, strategi yang diterapkan adalah sebagaimana pada poin pembahasan nomor 3 bahasan di atas, semuanya dibuktikan dalam pembelajaran, di SMA Al Muttaqin ada siswa yang berkebutuhan khusus tapi belum ada tenaga pendidik khusus (mudah-mudahan dengan penanganan yang sedang berlangsung) dapat bantuan tenaga khusus dari pemerintah.
Alhamdulillah dengan metode yang bervariasi terus dilakukan dan diupayakan dengan maksimal oleh seluruh pendidik yang ada, Kami yakin mereka mendidik dengan cinta dan penuh kasih saying sehingga dapat membuahkan hasil yang menggembirakan.
Bersyukur kepada Yang Maha Kuasa dengan pendekatan yang dilakukan dengan berbasis cinta, progres peserta didik tersebut berkembang signifikan, di antaranya pada bidang:
1. Logis matematis bisa mengikuti meski tidak sehebat peserta didik yang lainnya,
2. Daya ingat menghafal Al Quran relatif bagus bila dibanding dengan reguler lainnya,
3. Mengikuti pelajaran Bahasa Arab juga bisa, tapi harus telaten dan pendekatan yang baik dan pendidik harus sering mengalah (realisasi cinta) yaitu dengan cara, pendidik yang mendekati ke mejanya atau sebaliknya dia dipanggil ke meja pendidik, dengan pendekatan seperti itu akhirnya dia nyaman dan keingintahuannya meningkat,
4. Membuat pendidik kagum, karena peserta didik yang spesial ini terus membuktikan talenta terpendamnya yaitu menggambar berbagai macam bentuk mobil besar baik mobil bus, truk maupun kontainer dia bisa menggambarnya dengan bagus dan bermacam-macam, hasil karyanya akan ditampilkan dalam lampiran buku ini,
5. Mengenai cita-cita kedepannya peserta didik spesial ini ingin menjadi chef terkenal, dan ini sejalan dengan jawaban seorang guru alumni UPI Bandung, bahwa cita-cita tersebut bisa terwujud.
b. Membentuk Tim Pasukan Cinta
SMA Al Muttaqin mempunyai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan yang tugas pokok aksinya yaitu membantu Kepala Sekolah dalam mewadahi dan mengayomi seluruh kegiatan organisasi kesiswaan yang ada seperti OSIS, MPK, Pramuka, Rohani Islam yang itu semua lengkap dengan para pembinanya termasuk Tim Keshalehan putra dan putri, juga Bimbingan dan Konseling (BK) yang disebut Ruang Cinta.
Bisa dibilang banyak kegiatan kesiswaan itu, dengan tujuan semakin banyak kegiatan organisasi maka akan semakin banyak pula kegiatan-kegiatan peserta didik yang terlibat dalam kegiatan positif hal ini sering diucap ulang oleh kepala sekolah berprestasi tingkat nasional Drs. Jenal Al Purkon, M.Pd., hal ini guna membentengi sikap-sikap yang mengarah kepada hal negatif, maka dalam lembaga pendidikan mutlak harus ada.
Membentuk pasukan cinta dengan tim keshalehan merupakan upaya untuk memperkuat dimensi spiritual mereka sekaligus dengan dimensi sosialnya, karena di dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan yang positif untuk dilakukan secara simultan, kegiatannya antara lain :
1. Mengadakan kajian rutin seperti tadarus Al Quran, tafakur alam dan lain-lain;
2. Mengadakan Malam Bina Iman Taqwa (MABIT) dengan seluruh siswa, Rihlah Uluhiyah Mabit antar Organisasi (RUMAOS);
3. Ramadlan Ceria Bersama Rohis;
4. Jumat Berkah yaitu membagikan nasi bungkus kepada para tukang beca, masyarakat sekitar dan lain-lain;
5. Bedah Rumah, dengan cara merenovasi rumah warga yang tidak layak huni bekerjasama dengan bapak RT dan lingkungan sekitar.

Alhamdulillah sudah empat rumah yang dibedah atau direnovasi, saya sangat kagum dan sesekali meneteskan air mata, betapa tidak, sebab seusia mereka yang harusnya belajar nyaman di ruangan kelas ber ac tapi saat bedah rumah, mereka nampak kompak dan semangat ternyata bukan saya saja yang seperti itu, Pak RT pun sama nangis kagum dengan semagat mereka dalam berbagi baik materi maupun immateri termasuk mereka yang mencurahkan bantuannya dengan tenaga.
Puji syukur kepada Yang Maha Kuasa, bahwa kegiatan ini murni kegiatan siswa yang berefek bukan hanya kepada dirinya secara spiritual, namun dapat berefek bagi lapisan masyarakat secara sosial, diharapkan kegiatan dari pasukan cinta atau tim keshalehan ini dapat terus dilaksanakan secara simultan dan juga bisa terus melakukan fatabiqul khairat kapan dan di mana saja mereka berada.
c. Membuka Ruang Cinta
Ruang cinta sengaja dibuat sebagai model untuk menggali potensi diri peserta didik, tidak semua peserta didik mampu dan berani mengutarakan keinginan masa depannya, curahan isi hatinya dan lain sebagainya kepada sembarang orang, bisa jadi mereka hanya berani kepada orang yang nyaman dan bisa dipercaya.
Membuka ruang cinta istilah ini digunakan dengan tujuan bahwa yang masuk ke ruangan ini bukan hanya yang “bermasalah” melainkan siapa saja yang ingin berkomunikasi baik peserta didik laki-laki maupun peserta didik perempuan ke ruang curhat ini untuk menbedah wawasan individu demi masa depan, padahal ruangan ini hanya menyulap ruang Bimbingan Konseling (BK) menjadi tempat atau ruang komunikasi yang bersangkutan untuk mengeluarkan isi hati mereka. Dengan demikian supaya tempat ini gampang diingat dan mudah dijumpai maka istilahnya diganti bukan lagi guru BK melainkan guru penerima ruang curhat.
Guru BK (Bimbingan Konseling) tentu saja tidak asing dikalangan peserta didik SMA. Dari sini mulai guru BK istilahnya diganti menjadi guru penerima curhat, maka nantinya guru penerima curhat (GPC) memiliki hal baik dan buruk dibenak masing-masing peserta didik. Jadi nanti GPC ini sudah barang tentu akan dikunjungi oleh peserta didik yang ingin mengetahui jati dirinya atau sebaliknya GPC ini dipaksa menerima kunjungan peserta didik yang punya kesalahan dalam menjalankan roda tata tertib di sekolah. Kita coba kikis bahwa ruang ini jangan terkesan untuk orang-orang pintar juga bukan untuk orang-orang atau peserta didik yang bermasalah, sehingga diharapkan ruang cinta dan GPC ini akan dirasakan oleh peserta didik baik yang punya prestasi maupun belum punya prestasi.
Hal yang baik tentu bisaanya akan dirasakan dikalangan para siswa yang berprestasi, seperti memenangkan lomba olimpiade, lomba pidato bahkan liga olahraga. Meski kelihatanya berbeda dengan hal buruk yang dirasakan oleh para siswa yang bandel apalagi yang sudah dihafal betul oleh GPC, misalnya seperti langgangan terlambat, bolos jam pelajaran dan tukang bikin ribut kelas. Namun jangan salah, meski memiliki kenangan yang berbeda berikut ini beberapa alasan mengapa guru BK sama dengan GPC digemari para peserta didik, maka beberapa istilah ini semoga masuk ke benak para peserta didik, dan akhirnya semuanya semangat untuk menerima GPC. Berikut tugas GPC menjadi istilah baru antara lain :
1. Guru PC sebagai motivator
Guru penerima curhat sudah bisa menjadi motivator dan memberikan cerita-cerita inspiratif bagi peserta didik yang nantinya akan membuat mereka intropeksi diri atas kesalahan-kesalahanya, sehingga bisa bangkit dan terinspirasi menuju sukses masa depan.
2. Guru PC biasanya tekun dan sabar
Alasan ini memang tidak dirasakan di semua sekolah, tapi hal ini membuat guru penerima curhat makin banyak digemari karena tekun, sabar dan penuh optimisme. Tentu ketiga itu kriteria yang pas untuk jadi guru idola dan guru panutan.
3. Guru PC sebagai tempat curahan hati alias curhat
Alasan ini memang sudah banyak dilakukan para siswa apalagi dikalangan remaja perempuan. Bahkan sudah menjadi kerjaan sampingan para guru PC, masalah yang dicurahkan bisaanya mengenai masalah “cinta”, masalah asmara, masalah keluarga, masalah teman ataupun konsultasi universitas, memang menjadi guru penerima curhatan peserta didiknya, akhirnya mereka merasa nyaman dan total untuk mengutarakan hakikat isi hatinya yang mereka inginkan dengan cara memilah serta menempatkan plus memposisikan mana yang sifatnya emergensi mana yang bisaa. Secara spesifik GPC tidak masuk kelas, ketika guru penerima curhat tidak masuk kelas bukan hal yang baru bagi para peserta didik, karena guru PC memiliki banyak tugas di lingkup sekolah, terutama mengurus masalah anak yang langganan masuk ruang tersebut.
4. Guru PC gudangnya informasi
Guru penerima curhat ini mempunyai ribuan informasi dan layak disebut gudang informasi, karena para siswa tidak usah merasa ragu lagi untuk melakukan komunikasi, karena tugasnya yang bersangkutan menerima keluhan, memberi motivasi untuk menghartarkan peserta didik ke jenjang pendidikan berikutnya, sehingga peserta didik akan merasa nyaman dan optimis untuk kemajuan diri dan keluarganya di masa yang akan datang.
Keempat tugas guru penerima curhat ini mudah-mudahan bermanfaat dan dapat diadaptasi oleh para pelaku pendidikan guna membina dan mendidik sekaligus menghantarkan kepada kesuksesan kelak empat atau lima tahun kedepan.