1,019


Oleh Aep Saefulloh, S.Pd., M.Pd.I.
Mendidik dengan cinta seolah keromantisan yang akan ditonjolkan karena ada kata cinta, tetapi memang demikian rilnya. Dalam sebuah keluarga juga untuk menuju keharmonisan butuh cinta dan perhatian lebih sehingga sejuta langkah terus dicari. Begitupun dalam mendidik membutuhkan jurus akurat dan jitu supaya materi yang akan disampaikan kepada peserta didik bisa sampai ke lubuk hatinya. Apalagi, peserta didik yang membutuhkan perhatian lebih dan ekstra. Di antaranya, peserta didik yang berkebutuhan khusus, maka bagaimanakah mendidik dengan cinta itu? Berikut akan diuraikan dalam tulisan ini:
1. Dunia yang Berbeda
Jarak usia pendidik dan peserta didik memang jauh berbeda dan dunianya pun cukup berbeda, dunia pendidik tentunya lebih ramai dengan segudang pengalaman yang sudah dialaminya sehingga ada istilah “pendidik pernah muda”, maka rekam jejak dunia pendidik itu akan bervariasi sedangkan peserta didik dunianya berbeda “kekinian” tapi mereka belum pernah tua.
Jadi dua dunia ini yang membutuhkan jembatan penghubung, supaya apa yang akan disampaikan pendidik kepada peserta didik ini bisa sampai dan peserta didik merasa tidak puas karena ingin terus mengetahui apa yang telah dialami gurunya, sehingga merasa haus dan ketagihan untuk belajar, dua dunia membutuhkan jembatan keharmonisan tiada lain adalah cinta.
2. Ajak Dunia Mereka kepada Dunia Pendidik
Para ahli banyak menuturkan bahwa untuk melancarkan dalam proses pendidikan membutuhkan model pembelajaran yang bermacam-macam, dengan tujuan supaya peserta didik tidak bosan dan kehadirannya di kelas sangat dinantikan.
Porter (Wulandari, 2003:7) menyatakan bahwa asas utama quantum teaching adalah “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Inilah asas utama yang merupakan dasar model quantum teaching. Hal ini dapat diartikan bahwa guru diingatkan tentang pentingnya memasuki dunia siswa dengan mengaitkan apa yang kita ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial atau akademis siswa. Setelah kaitan tersebut terbentuk, guru dapat membawa siswa kedalam dunia guru dan memberikan siswa pemahaman mengenai isi dunia (De Porter, 2005:6).
Sesuai dengan konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Maka kolaborasi cinta dengan model pembelajaran quantum teaching dapat dipadukan, sehingga pendidik dan peserta didik ada keterikatan batin dan kesepahaman yang didasari kebaikan dan belas kasih, peserta didik siap menerima pelajaran dan pendidik juga demikian, terjadilah pembelajaran yang kondusif dan saling membutuhkan.
3. Tutur Kata yang Manja
Pendidik perlu untuk memperhatikan pemilihan jenis tindak tutur dan strategi bertuturnya agar dalam penerapan pendekatan saintifik dalam pengajarannya dapat berhasil dengan baik.
Selain itu, dan semua tahapan dalam kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum 2013 atau yang sering disebut K13 ini dapat terlaksana dengan baik dan guru tidak perlu merasa takut tidak santun untuk berbicara didepan kelas, karena dalam teori pragmatik, santun atau tidaknya tuturan bergantung pada konteksnya, bahwa kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan kegiatan interaksi pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila guru mempunyai keterampilan menciptakan suasana belajar yang mendorong murid berpartisipasi aktif di dalamnya.
Dalam kegiatan tersebut diperlukan komunikasi yang harmonis di antara keduanya yaitu dengan kata-kata manja seperti manis, cip, sayang dan sebagainya. Salah satu indikator tercapainya tujuan pembelajaran dapat dilihat dari respons positif yang diberikan oleh siswa. Oleh karena itu guru perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam KBM-nya.
4. Tutur Kata Tegas
Tutur kata tegas bukan berarti galak, tapi sesewaktu kata tegas dibutuhkan, sebagai peguatan atau penegasan bahwa materi yang disampaikan pendidik itu bisa sampai dengan maksimal dan dapat dimengerti.
Lain hal dalam kehidupan bersosial, tutur kata itu mencerminkan sifat kepribadian seseorang, sifat-sifat orang terdidik, dapat diukur atau ditakar berdasarkan beberapa hal, antara lain:
1) Sikapnya dalam berinteraksi dengan orang lain
2) Tutur kata yang keluar dari mulutnya
3) Kemampuan untuk mengontrol diri dalam situasi apapun
4) Arif dalam memilih kosa kata yang santun dan berkepatutan
5) Tidak menempatkan diri sebagai sosok yang paling pintar
5. Tutur kata manja-tegas
Tutur kata manja-tegas dipadukan dalam keindahan kata-kata yang disampaikan, sesekali manja dengan memberikan reward atau penghargaan sesekali tegas supaya tetap kuat dalam ingatan peserta didik.
Tutur kata manja-tegas bisa dengan kata “ okey sayangku pasti kamu bisa, kemarin juga keren …”, dengan ucapan seperti itu peserta didik akan merasa nyaman, merasa dihargai dan diperhatikan.
6. Tunjukan Perhatian Penuh kepada Peserta Didik
Menunjukan perhatian penuh tanpa pemilahan termasuk kepada anak berkebutuhan khusus, disinilah pembelajaran inklusif dipertajam.
Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.