
Oleh Drs. Jenal Al Purkon, M. Pd.
Tantangan Sekolah BerbasisRiset (Bagian II)
(Sumber: Strategi FAST dalam Menumbuhkembangkan Budaya Riset Berkarakter-BEST PRACTICE-Diajukan untuk Mengikuti Pemilihan-Kepala SMA BerprestasiTingkat Nasional 2017)
Permasalahan Guru
Guru sebagai sumber daya kependidikan mempunyai peran yang signifikan dalam pendidikan. Begitu pula di SMA Al Muttaqin. Umumnya, guru SMA Al Muttaqin masih fresh graduate, rerata usia 20–30-an tahun. Sebagian kecil berusia di atas 40 tahun.
Kompetensi guru dengan latar belakang sesuai bidang keilmuan, dari total 44guru, 95% sudah sesuai. Mereka berasal dari jurusan kependidikan dan nonkependidikan, serta sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Kondisi tersebut menjadi sebuah tantangan yang harus dikembangkan. Jika tidak mampu dilakukan tata kelola yang baik, hal ini akan menjadi sumber masalah. Sebaliknya, jika mampu dikelola dengan baik, tentu saja hal ini menjadi potensi yang mampu menggerakkan cita visi sekolah yang maksimal.
Permasalahan Peserta didik
Peserta didik di sekolah yang penulis pimpin memiliki latar belakang yang berbeda-beda. baik dari segi budaya, ekonomi, maupun kemampuan akademisnya.
Jika dilihat dari segi budaya, peserta didik SMA Al Muttaqin berasal dari daerah yang memiliki budaya yang beraneka ragam, yakni kultur perkotaan dan pedesaan, kultur keagamaan keluarga yang ketat berbaur dengan kultur keagamaan yang longgar, dan sebagainya.
Namun, jika dilihat dari segi ekonomi, umumnya, peserta didik berasal dari keluarga yang memiliki taraf ekonomi tingkat menengah. Orang cukup berada di kampung. Sebagian kecil berasal dari keluarga kurang mampu.
Jika dilihat dari segi akademik, yakni sumber potensi peserta didik saat PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), terdapat sejumlah peserta didik yang memiliki potensi akademik yang baik, seperti mantan juara OSN tingkat kota, 10 besar pararlel tingkat sekolah, sebagian memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, serta terdapat pula siswa yang sudah memiliki potensi hafalan alquran sebanyak 1 hingga 10 juz. Mereka umumnya menjadikan SMA Al Muttaqin sebagai piliha pertama.
Selain itu, terdapat pula sumber potensi siswa memilih sekolah Al Muttaqin sebagai pilihan kedua atau ketiga. Dengan kata lain, mereka tidak diterima di SMA negeri. Bahkan, ada yang menjadi siswa karena pilihan paksa orang tua. Mereka biasanya merupakan siswa yang tergolong biasa-biasa saja dalam prestasi akademik.
Kondisi ini merupakan tantangan bagi sekolah yang penulis pimpin untuk mampu menjadikan peserta didik tersebut memiliki kemampuan yang berkualitas. Heterogenitas perbedaan kultur dan potensi akademik, harus mampu diramu dengan baik dalam sejumlah program. Harapannya, ketika lulus, para stakeholder, khususnya siswa dan orang tua , merasakan kebermanfaatan sekolah di Al Muttaqin.
Keterbatasan Sarana Prasarana
Sarana prasarana sekolah merupakan salah satu faktor pendukung yang akan memudahkan upaya untuk mencapai prestasi. Idealnya, dengan terpenuhinya sarana prasarana di sekolah, hal ini akan memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran.
Selama ini, di SMA Al Muttaqin sarana dan prasarana belum memenuhi kriteria yang ideal, seperti laboratorium IPA. Hal ini ditandai dengan penggabungan sejumlah laboratorium, yakni laboratorium fisika digabung dengan kimia.
Sementara itu, laboratorium bahasa masih tergabung dengan laboratorium komputer. Semua komputer dimultifungsikan sebagai perangkat untuk kebutuhan praktik bahasa asing. Akibatnya, laboratorium komputer menjadi laboratorium multimedia.
Penggabungan laboratorium ini disebabkan ruang KBM yang terbatas, sementara peminat terus bertambah. Konsekuensinya, laboratorium komputer menjadi multifungjuga, yakni dipakai juga untuk ruang kelas.
Dari tiga komponen permasalahan yang dimiliki, yakni guru, siswa, dan sarana tersebut, sekolah harus tetap tumbuh berkembang menjadi lebih baik dan unggul. Sekolah punya cita, bagaimana melahirkan outcome/para lulusan yang memiliki jiwa riset/peneliti, mampu memecahkan problem-problem yang ada, dan kelak mampu berkontribusi bagi ummat dan bangsa masa depan, memiliki karakter yang baik, berakhlakul karimah.
Comments are closed.