Peletakan Batu Pertama Kampus 3 Pengembangan SMA Almuttaqin

Plt. Wali Kota Tasikmalaya: Ikon Pendidikan Islam di Kota Tasikmalaya

Plt. Wali Kota Tasikmalaya melakukan prosesi peletakan batu pertama pembangunan Kampus 3 Pengembangan SMA Almuttaqin Tasikmalaya

Tasikmalaya, 16/06/ 2021 Yayasan Almuttaqin Tasikmalaya melalui Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Yayasan Almuttaqin menggelar acara “Peletakan Batu Pertama Kampus 3 Pengembangan SMA Almuttaqin”. Acara digelar Rabu 16/06/2021 di lokasi pengembangan kampus baru SMA Almuttaqin, Jalan Siliwangi Nomor 99, Kota Tasikmalaya mulai pukul 08.00.

Secara simbolis, tepat pukuk 09.30, Plt. Walikota Tasikmalaya, Drs. H. Muhammad Yusuf, meresmikan kampus 3 dengan meletakkan batu pertama pembangunan yang nantinya menjadi monumen peresmian. Disusul H. Arif selaku perwakilan keluarga Mayasari Grup, ir. H. Ade Ruhyana selaku perwakilan yayasan.

Kompleks kampus 3 Pengembangan SMA Almuttaqin sedianya direncakan dengan konsep green kampus berspirit akhlakul karimah. Setiap gedung tidak sekadar dinamai fatonah, amanah, sidik, dan tablig sebagai kualitas kepribadian Nabi Muhammad, tetapi memang menggambarkan spirit ekologi pendidikan yayasan Almuttaqin.

Dalam sambutan, Plt.. Wali Kota Tasikmalaya menyambut baik pembangunan Kampus 3 Pengembang SMA Almuttaqin. Menurutnya, “Yayasan Almuttaqin telah menjadi salah satu ikon pendidikan Islam terbaik di Kota Tasikmalaya. Pemerintah Kota Tasikmalaya merasa bangga dan mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Almuttaqin yang telah ikut membangun pembangunan pendidikan swasta mulai dari RA, SD, SMP, dan SMA. Selamat dan sukses untuk SMA Almuttaqin.”

Ketua Yayasan Almuttaqin, Ir. H. Ade Ruhyana Mahpud, menyampaikan sambutan sebagai wakil yayasan. Dia mengatakan bahwa dua kampus sebelumnya sudah tidak bisa menampung peserta didik yang ada. Selain itu, selaku wakil keluarga besar Mayasari, Ade Ruhyana mengatakan bahwa dakwah melalui pendidikan adalah amanat ayahanda dan ibunda kami, H. E. Mahpud dan Hj. Siti Muniroh, yang diberikan kepada kami sebagai anak-anak untuk menegakkan nilai-nilai keislaman.

Sementara itu, selayang pandang Lembaga Pendidiakn Islam (LPI) Yayasan Almuttaqin disampaikan ketuanya,  Dr. H. D. Suryatman. Dalam selayang pandang tersebut D. Suryatman mengatakan bahwa LPI Yayasan Almuttaqin merupakan bentuk perhatian pendiri Mayasari Grup, H. E. Mahpud yang sering berdiskusi dengan Ketua MUI Jabar, K.H. E. Z. Muttaqin, saat itu untuk membangun umat lewat jalur pendidikan.

Kampus 3 Pengembangan SMA Almuttaqin Full Day School dan Boarding School dibangun di area 3 hektare dapat menampung 36 rombel. Sementara asrama dapat menampung sekitar 500 santri.  Direncanakan pembangunan selesai dalam 1 tahun ke depan.

Santunan diberikan kepada anak yatim-piatu di sekitas lokasi Kampus 3 Pengembangan SMA Almuttaqin Jalan Siliwangi nomor 99  Acara peletakan batu pertama ini dihadiri oleh unsur Forkompimda, Ketua DPR Kota, Pimpinan Perguruan Tinggi, Pimpinan Sekolah Menengah, dan Pemerintahan Kelurahan,  Keluarga Besar Yayasan Almuttaqin, Keluarga besar Mayasari Grup dan masyarakat ke-Rw-an setempat.

Dalam acara ini juga dibagikan paket santunan untuk anak yatim-piatu di masyarakat sekitar yang nantinya menjafi lokasi baru kampus 3 Siliwangi pengembangan SMA Almuttaqin.

Jurnal Kandidat Guru Penggerak

Rajab Spesial 1442 H

(Finishing Buku, Berjumpa Dai Kondang, Tes Calon Asesor Penggerak dan Shaum Ayyamul Bidh)

Finishing Buku “Berkah Cinta dalam Mendidik”

 

Coming soon bahasanya anak muda mah, Insya Allah buku tersebut akan segera terbit minimal untuk kalangan Al Muttaqin. Buku tersebut akan disuguhkan kepada seluruh rekan pendidik teman seperjuangan yang turut mencerdaskan kehidupan bangsa dan seluruh masyarakat dengan rincian isi sebagai berikut :

Titah Cinta Yang Maha Kuasa

Kata Pengantar

Salam Pengantar

  1. Landasan Berkah Cinta dalam Mendidik -9
  2. Generasi Emas -29
  3. Mendidik dengan Cinta -27
  4. Realisasi Mendidik dengan Cinta -33
  5. Cinta Kepada Allah -43
  6. Kelas Cinta -49
  7. Tebarkan Benih Cinta -59
  8. Ayat-ayat Cinta -64
  9. Serba-serbi pada Alumni -71
  10. Meski Lelah bila denga Cinta jadi Lillah -88
  11. Penutup 94

Lembar Literatur

Profil Penulis

Berjumpa Dai Kondang

 

Pada waktu itu jumat 7 Rajab 1442 H bertepatan 19 Februari 2021, sehabis rapat verifikasi PPDB SMA Al Muttaqin saya bergegas menuju Mesjid Agung untuk menunaikan ibadah jumat dan setelahnya persiapan mengikuti pertemuan awal Targeting Selection Interview (TSI) Calon Asesor Sekolah Penggerak via zoom. 

Seusai jumat (dari lantai 2) tiba-tiba terdengar suara khas yang tidak asing (saya kenal suara tersebut suara Ust. Ahmad Al Habsyi) penasaran saya merekam tausiah beliau dan pinda ke bagian tengah lantai 2 mesjid Agung,  Subhanallah … ternyata iya beliau yang sedang bicara adalah Ust. Kondang Ahmad Al Habsyi, terus turun ke lantai 1 dan keluar mesjid karena mau zooman, Qadarullah di balik pintu ada seseorang berdiri sambil menawarkan buku karangan Ust. Ahmad Al Habsyi (Pa silahkan miliki buku ini infaqnya seratus ribu dan bisa tanda tangan pada buku juga bisa selfi sama Al Ustadz) tidak pikir panjang saya langsung mengambilnya dan mendekat kepada Ustadz. Kegembiraanku bertambah karena bisa bershilaturrahmi langsung beliau dan bercakap Bahasa Arab.

Pokoknya riang gembira karena bertemu Ust. yang masyhur meski sesekali nyimpan laptop di mimbar karena ingin tanda tangan dan photo bersama beliau.

Buku yang dia tulis adalah Ada Surga di Rumahmu (7 keajaiban orang tua Cara Cepat Sukses Dunia Akhirat) pokoknya bagus isi buku tersebut dan akan diangkat ke layar lebar Insya Allah.

Tes Calon Asesor Penggerak

 

Tes Calon Asesor Penggerak merupakan tes lanjutan setelah melalui seleksi ketat bahkan superketat dengan rincian tahapan

  1. Tahap 1, jumlah penyampai berkas ke Panitia GTK Kemdikbud sebanyak 8.126 (kompetitor pendaftar Strata 1, DR bahkan sampai Profesor) dan diambil 450 orang untuk mengikuti tahap berikutnya.
  2. Tahap 2, yaitu tahap cukup mendebarkan (إن شاءالله lolos), diuji kompetensi cara wawancara dan menilai simulasi mengajar selama 5 hari full dan kehadiran harus 100 %, pengalaman berharga dan bergengsi ini diakhiri dengan uji simulasi mengajar yang disuguhkan video kandidat guru penggerak dengan cara praktik penilaian thd ybs dengan 4 kompetensi, nilai dikirim via google form ke Panitia.  Asli pengalaman mendebarkan ini berakhir hari jumat pukul 14.00 WIB.
  3.   Shaum Ayyamul Bidh

Shaum Ayyamul Bidh ini Alhamdulillah tak terlewatkan sejak setahun kebelakang (walau ada acara besar apapun baik diklat maupun undangan pernikahan ataupun tugas membimbing siswa ke luar kota) dengan ijin Yang Maha Kuasa lancer jaya dapat dilaksanakan, kok bisa … pasti bisa jika nawaetunya kuat.  Ayyamul Bidh yang jatuh pada 13-15 Rajab tahun ini masih bertepatan dengan tes tahap 2 yaitu pada hari kamis dan jumatnya, Alhamdulillah dapat dilaksankan dengan tenang dan santai.

Empat aktkvitas besar tersebut Alhamdulillah lancar dan aman, makanya momen atau kesempatan emas tersebut disebut Rajab spesial dan amat langka serta tidak akan pernah terulang kembali. Terimakasih Umi dan keluarga serta handai taulan yang senantiasa memberi dukungan positif ini semoga menjadi amal saleh dan Allah memberikan yang terbaik buat mereka.

Semangat semuanya jangan takut, ragu bahkan bimbang sesungguhnya Yang Maha Segalanya Allah swt. pasti menyertai Kita dalam hal apapun jika ikhlas dan maksimal menjalankannya.                            

Wallahu Waliyu Taufiq

Khitah Pendidikan SMA Al Muttaqin, Budaya Riset, Pembentukan Karakter, dan Akhlak

Oleh Drs. Jenal Al Purkon, M.Pd.

“Bismillah…
Dalam kondisi apapun pendidikan tidak boleh matisuri, pendidikan harus tetap berjalan demi masa depan bangsa yang gemilang.
Disinilah peran guru dituntut utuk tetap semangat, kreatif dan sabar.
Momentum peringatan hari guru tahun 2020 dengan tema “Bangkitkan semangat wujudkan merdeka belajar” merupakan kesempatan untuk meningkatkan energi baru yang sudah beberapa bulan belajar dalam situasi pandemi covid 19.
Selamat hari Guru tetap semangat demi masa depan bangsa”

(Drs. Jenal Al Purkon, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Al Muttawin Tasikmalaya)

Tulisan ini merupakan lanjutan dari dua tulisan sebelumnya, yaitu “Budaya Riset Berkarakter SMA Al Muttaqin” dan “Tantangan Sekolah Berbasis Riset” yang dimuat di situs ini. Selain itu, ulasan dalam tulisan ini juga mencoba merevitalisasi khitah ‘cita-cita’ pendidikan yang sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945, yakni ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Di saat tantangan budaya yang mengglobal, karakter peserta didik yang cenderung menunjukkan kekerasan baik tindakan nyata maupun simbolik, ulasan atas aplikasi karakter (akhlak) menjadi penting sebagai pelengkap pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang tidak hanya cerdas tetapi juga berakhlak mulia.

Dari segi bahasa, khuluq (kata dasar dari akhlak) berarti sifat yang senantiasa tampak pada perilaku dan telah menjadi tabiat,hal ini juga sebagaimana dikatakan oleh Profesor. Dr. Amril Mansur, MA, bahwakhuluq dapat juga dikatakan sebagai Akhlak Potensial yang dimiliki oleh manusia sebagai sesuatu yang dianugrahkan Allah SWT kepada manusia untuk segera ditampilkan dalam bentuk prilaku nyata melalui usaha manusia.

Jadi akhlak atau prilaku dalam perspektif etika Islam tidak lain adalah prilaku Akhlak Aktual yang hidup dalam diri seseorang setelah adanya upaya terus menerus menumbuhkembangkan prilaku akhlak potensial yang telah Allah SWT anugrahkan kepadanya, sehingga ia hadir dalam bentuk tindakan-tindakan nyata. Pemaknaan akhlak seperti ini sejalan dengan makna kata akhlak yang memang merupakan plural dari kata khuluq yang berasal dari kata khalaqa yakni kata yang ditujukan pada ciptaan asal dari Tuhan yang sangat sarat dengan muatan daya atau kemampuan dasar yang dapat disempurnakan melalui adanya berbagai upaya nyata manusia kearah lahirnya penyempurnaan-penyempurnaan.

Kata khuluq tercantum dalam surat al-qalam ayat 4 yaitu : “Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki budi pekerti yang agung” (QS al-Qalam: 68 : 4).
Menurut istilah, ia mengandung dua makna, salah satunya lebih umum dari yang lain, yaitu:
Sifat yang tertanam dengan kokoh dalam setiap jiwa, baik yang terpuji maupun tercela. Dengan kata lain, akhlak adalah gambaran batin yang telah ditabiatkan kepada manusia.
Sifat yang berwujud sikap berpegang teguh kepada hukum-hukum dan adab-adab syariat, baik berupa perintah yang harus dikerjakan atau larangan yang harus ditinggalkan, atau dengan kata lain bahwa jenis kedua ini dapat dihasilkan dengan usaha dan latihan yang diupayakan oleh manusia.

Akhlak mulia merupakan salah satu asas terpenting dalam ajaran Islam untuk membina pribadi dan memperbaiki masyarakat. Keselamatan masyarakat, kekuatan, kemuliaan, dan kewibawaan pribadi-pribadinya sangat bergantung kepada sejauh mana mereka berpegang dengan akhlak mulia tersebut. Dan masyarakat akan hancur dan rusak tatkala mereka meninggalkan dan menjauhkan akhlak yang terpuji. Dari apa yang telah dijelaskan di atas bahwa akhlak itu sebenarnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu ;
Akhlak Potensial yang merupakan akhlak yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT kepada manusia tergantung kepada manusia itu sendiri untuk mengembangkannya kearah yang baik atau yang buruk. Atau dengan kata lain yang telah tertanam dalam jiwa seseorang.

Akhlak Aktual adalah aplikasi dari akhlak potensial yang telah ada pada diri manusia atau prilaku manusia dalam tindakan nyata dalam kahidupan sehari-hari. Karena adanya usaha-usaha yang telah dilakukan oleh manusia. Jadi dengan kata lain Akhlak aktual telah ada sebagai anugrah dari Allah SWT lalu tergantung manusia untuk mengembangkannya melalui berbagai upaya untuk menampilkan yang seseuai dengan etika Islam.

Akhirnya, di hari yang bermakna untuk pendidikan ini, Hari Guru yang selalu diperingati pada tanggal 25 November, kita berharap semua komponen yang terlibat dalam pembangunan pendidikan dapat kembali merevitalisasi khitah pendidikan yang cerdas secara akal dan mulia secara akhlak. Selamat Hari Guru.

Tantangan Sekolah Berbasis Riset

Oleh Drs. Jenal Al Purkon, M. Pd.

Tantangan Sekolah BerbasisRiset (Bagian II)

(Sumber: Strategi FAST dalam Menumbuhkembangkan Budaya Riset Berkarakter-BEST PRACTICE-Diajukan untuk Mengikuti Pemilihan-Kepala SMA BerprestasiTingkat Nasional 2017)

Permasalahan Guru

Guru sebagai sumber daya kependidikan mempunyai peran yang signifikan dalam pendidikan. Begitu pula di SMA Al Muttaqin. Umumnya, guru SMA Al Muttaqin masih fresh graduate, rerata usia 20–30-an tahun. Sebagian kecil berusia di atas 40 tahun.

Kompetensi guru dengan latar belakang sesuai bidang keilmuan, dari total 44guru,  95% sudah sesuai. Mereka berasal dari jurusan kependidikan dan nonkependidikan, serta sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.

Kondisi tersebut menjadi sebuah tantangan yang harus dikembangkan. Jika tidak mampu dilakukan tata kelola yang baik, hal ini akan menjadi sumber masalah. Sebaliknya, jika mampu dikelola dengan baik, tentu saja hal ini menjadi potensi yang mampu menggerakkan cita visi sekolah yang maksimal.

Permasalahan Peserta didik

Peserta didik di sekolah yang penulis pimpin memiliki latar belakang yang berbeda-beda. baik dari segi budaya, ekonomi, maupun kemampuan akademisnya.

Jika dilihat dari segi budaya, peserta didik SMA Al Muttaqin berasal dari daerah yang memiliki budaya yang beraneka ragam, yakni  kultur perkotaan dan pedesaan, kultur keagamaan keluarga yang ketat berbaur dengan kultur keagamaan yang longgar, dan sebagainya.

Namun, jika dilihat dari segi ekonomi, umumnya, peserta didik berasal dari keluarga yang memiliki taraf ekonomi tingkat menengah. Orang cukup berada di kampung. Sebagian kecil berasal dari keluarga kurang mampu.

Jika dilihat dari segi akademik, yakni sumber potensi peserta didik saat PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), terdapat sejumlah peserta didik yang memiliki potensi akademik yang baik, seperti mantan juara OSN tingkat kota, 10 besar pararlel tingkat sekolah, sebagian memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, serta terdapat pula siswa yang sudah memiliki potensi hafalan alquran sebanyak 1 hingga 10 juz. Mereka umumnya menjadikan SMA Al Muttaqin sebagai piliha pertama.

Selain itu, terdapat pula sumber potensi siswa memilih sekolah Al Muttaqin sebagai pilihan  kedua atau ketiga. Dengan kata lain, mereka tidak diterima di SMA negeri. Bahkan, ada yang menjadi siswa karena pilihan paksa orang tua. Mereka biasanya merupakan siswa yang tergolong biasa-biasa saja dalam prestasi akademik.

Kondisi ini merupakan tantangan bagi sekolah yang penulis pimpin untuk mampu menjadikan peserta didik tersebut memiliki kemampuan yang berkualitas. Heterogenitas perbedaan kultur dan potensi akademik, harus mampu diramu dengan baik dalam sejumlah program. Harapannya, ketika lulus, para stakeholder, khususnya siswa dan orang tua , merasakan kebermanfaatan sekolah di Al Muttaqin.

Keterbatasan Sarana Prasarana

Sarana prasarana sekolah merupakan salah satu faktor pendukung yang akan memudahkan upaya untuk mencapai prestasi. Idealnya, dengan terpenuhinya sarana prasarana di sekolah, hal ini akan memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran.

Selama ini, di SMA Al Muttaqin sarana dan prasarana belum memenuhi kriteria yang ideal, seperti laboratorium IPA. Hal ini ditandai dengan penggabungan sejumlah laboratorium, yakni laboratorium fisika digabung dengan kimia.

Sementara itu,  laboratorium bahasa masih tergabung dengan laboratorium komputer. Semua komputer dimultifungsikan sebagai perangkat untuk kebutuhan praktik bahasa asing. Akibatnya, laboratorium komputer menjadi laboratorium multimedia.

Penggabungan laboratorium ini disebabkan ruang KBM yang terbatas, sementara  peminat terus bertambah. Konsekuensinya, laboratorium komputer menjadi multifungjuga, yakni dipakai juga untuk ruang kelas.

Dari tiga komponen permasalahan yang dimiliki, yakni guru, siswa, dan sarana tersebut, sekolah harus tetap tumbuh berkembang menjadi lebih  baik dan unggul.  Sekolah punya cita, bagaimana melahirkan outcome/para lulusan yang memiliki jiwa riset/peneliti, mampu memecahkan problem-problem yang ada, dan kelak mampu berkontribusi bagi ummat dan bangsa masa depan, memiliki karakter yang baik, berakhlakul karimah.

MENDIDIK DENGAN CINTA ITU ASYIK

Oleh Aef Saefuloh, S.Pd., M.Pd.I

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat mendesak bagi semua kalangan baik formal,informal mapun nonformal. Pendidikan menjadi faktor terpenting dan mempunyai tujuan mulia yaitu agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sudah seharusnya pendidikan ditempatkan dalam barisan terdepan dalam membangun suatu peradaban. Tapi, kerap terlupakan bahwa dalam membangun iklim Pendidikan yang mampu melahirkan generasi-generasi demikian membutuhkan guru yang profesional.

Yang Maha Kuasa telah menciptakan manusia dengan penuh kesempurnaan dan sebaik-baiknya, sebagaimana firmanNya dalam Q.S At Tin/95:4: لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ Tafsir Quran Surat At-Tin Ayat 4. Sungguh Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik ciptaan dan seindah-indahnya rupa. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 1-6. Allah bersumpah dengan tin dan zaitun,keduanya termasuk buah buahan yang masyhur, Allah bersumpah Juga dengan gunung Thursina (Sinai) yang disana Allah berbicara kepada Musa alaihi salam secara langsung, Allah bersumpah Juga dengan negeri yang aman dari segala ketakutan (yaitu Makkah) tempat turunnya wahyu. Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik, kemudian Kami mengembalikannya ke neraka bila dia tidak patuh kepada Allah dan tidak mengikuti para rasul. Akan tetapi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapatkan pahala besar yang tidak terputus dan tidak dikurangi.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya) Allah menciptakannya dengan tubuh yang tegak, sehingga dapat memakan makanannnya dengan tangan; dan Allah menciptakannya dengan kemampuan memahami, berbicara, mengatur, dan berbuat bijak, sehingga memungkinkannya menjadi khalifah di muka bumi sebagaimana yang Allah kehendaki.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah Siapapun yang dapat mentadabburi firman Allah : { لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ } dia tidak akan berani untuk menghinakan manusia ciptaan Allah, dan tidak pula ia akan menghinakan setiap makhluk ciptaan Allah yang dipuji oleh-Nya.

Apa yang terjadi di lapangan mungkin karena keterbatasan ilmu yang didapat atau pengetahuan yang terbatas akhirnya mengatakan Tuhan ini tidak adil dengan gampangnya dia mengucapkan, padahal semua yang diciptakan olehNya tidak asal-asalan dan sia-sia.

Berarti siapapun orangnya baik orang tua maupun pengajar sekaligus pendidik bukan hanya transfer ilmu saja, melainkan ada tambahan lebih dalam tugas yaitu menyisipkan cinta dan menghadirkan di dalamnya dengan tujuan mempola keinginannya untuk menjadi berpengetahuan dan bertingkah laku yang baik (akhlakul karimah).

Mendidik dengan cinta, bermaksud untuk tidak mengklasifikasikan dalam mendidik anak baik di rumah maupun di sekolah atau tepatnya non formal maupun formal, melainkan akan menghadirkan yang spesial baik peserta didik yang berkebutuhan khusus ataupun tidak.

Pada dasarnya hak untuk mendapatkan pendidikan itu sama tidak ada perbedaan, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”, dengan demikian tidak ada alasan untuk lembaga pendidikan baik formal maupun informal untuk tidak melayani pendidikan kepada mereka.

Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Undang-undang inilah yang menjadi bukti kuat hadirnya pendidikan inklusi ditengah masyarakat.

Peraturan lain yang mendukung untuk keberlangsungan Pendidikan, antara lain :

  1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus;
  2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa;
  3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 72 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus; dan
  4. Peraturan Menteri Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Pendidikan menjadi tanggungjawab dan kajian bersama, serta pemahaman umum bahwa pendidikan menjadi faktor terpenting dalam membangun kepribadian manusia. Di samping itu, dengan pendidikan pula sasaran yang ingin dicapai oleh sebuah peradaban akan bisa direalisasikan. Apalagi jika kita mengaca kepada dinamika yang berkembang dewasa ini, ketika semakin besar kerusakan datang menyapa, pendidikan menjadi komoditi utama. Pendidikan seakan menjadi sumber primer dan bahkan sebagai makanan pokok. Dalam perkembangan seperti sekarang ini, pendidikan mendapatkan perhatian yang besar. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri, jika pendidikan yang berkembang saat ini juga kerap menanggalkan dan meninggalkan para anak didik dalam kubangan pesimisme. Oleh karena itu, tidak jarang pula kita menyaksikan banyak anak didik yang merasa kesepian di tengah keramaian dan perkembangan zaman seperti yang terjadi sekarang ini.

Agenda pembangunan pendidikan suatu bangsa tidak akan pernah berhenti dan selesai. Ibarat patah tumbuh hilang berganti, selesai memecahkan suatu masalah, muncul masalah lain yang kadang tidak kalah rumitnya. Begitu pula hasil dari sebuah strategi pemecahan masalah pendidikan yang ada, tidak jarang justru mengundang masalah baru yang jauh lebih rumit dari masalah awal. Itulah sebabnya pembangunan bidang pendidikan tidak akan pernah ada batasnya. Selama manusia ada persoalan pendidikan tidak akan pernah hilang dari wacana suatu bangsa. Oleh karena itu, agenda pembangunan sektor pendidikan selalu ada dan berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat suatu bangsa.

Dalam upaya mewujudkan agenda tersebut maka dibutuhkan adanya kelancaran terhadap aspek-aspek pendukung lancarnya proses pembelajaran. Adapun salah satu aspek pendukung lancarnya proses pembelajaran adalah aspek pemenuhan kebutuhan psikologis (aktualisasi diri) yaitu kebutuhan akan cinta, pendekatan psikologis yaitu mengajak dan mengarahkan manusia untuk berpikir induktif dan deduktif. Guru sebagai faktor utama dalam pendidikan kurang memahami kebutuhan peserta didik akan kasih sayang. Guru seolah-olah tidak peduli dengan aspek psikologis siswa ketika mengajar sehingga timbul kesenjangan hubungan antara guru dan murid yang mengakibatkan terjadinya rasa bosan dan jenuh ketika guru mengajar. Guru juga dianggap sebagai monster yang menakutkan, siswa merasa takut ketika guru mulai membuka pelajaran.

Spiritualitas istilah yang sering didengar dan sirna dari permukaan, kata tersebut padahal sejuta makna yang dapat melahirkan cinta. Jangan seolah cinta selalu berakhir dengan penyesalan. Karena tugas cinta untuk manusia ialah menjaga keteraturan sebuah interaksi manusia dan dunia, hanya saja yang seringkali kita temukan, adalah manusia yang menempatkan cinta dengan salah. Karena tanda kehidupan modern, salah satunya kehilangan kekuatan spiritualitas (iman). Di sinilah perlu penguatan peran agama, pendidikan, keluarga, pemerintah, serta seluruh kelompok masyarakat saling merangkul sebagai tanda kekuatan bangsa kita, yang akan menguatkan akar-akar pondasi sistem budaya sehat dan menyehatkan yaitu sehat berfikir, sehat berdzikir dan sehat dalam beramal yang akhirnya dapat berfungsi menyehatkan segalanya dalam kehidupan yang walaupun sifatnya fana.

Generasi muda merupakan generasi emas yang akan menentukan keberlangsungan hidup bangsa beberapa tahun kedepan, sehingga generasi ini jangan sampai terjerumus bahkan sampai terjerembap kepada jurang yang berbahaya yang tidak diinginkan, sehingga kehadiran cinta pada generasi tersebut seolah tidak nampak dan tanpa daya, padahal dinantikan.

Berbuat baik kepada orang yang biasa berbuat baik kepada kita, bukanlah perbuatan yang luar biasa, melainkan perbuatan biasa saja, yang akan menjadi luar biasa bila kita berbuat baik kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita, hal ini selaras dengan perkataan Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Ja’far Qadi Ar-Ray, telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far Ar-Razi, dari Al-Mugirah, dari Asy-Sya’bi yang mengatakan bahwa Isa putra Maryam pernah berkata, “Sesungguhnya kebaikan yang hakiki ialah bila kamu berbuat baik terhadap orang yang berbuat jahat terhadap dirimu, dan bukanlah kebaikan yang hakiki itu bila kamu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepadamu.” Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui“.

Kebaikan dan cinta pun akan muncul dengan sendirinya alias reflek dalam kehidupan, Kita tidak sendiri, menikmati hidup di negara yang majemuk oleh keragaman, juga persoalan. Peserta didik yang “nakal” salah satunya, dia adalah bagian dari manusia juga yang mengenal cinta pada tiap pencarian identitas dirinya. Sayangnya, banyak orang mendefinisikan mengenai cinta, merasai, menikmati, menghayati, hingga yang dicapai bukanlah cinta yang sejati atau yang membenarkan. Tapi terlalu basah, hingga jika terkilir sedikit saja cinta dapat merubah madu menjadi bisa.

Upaya untuk meluruskan cinta dalam mendidik itu, penulis mencoba menawarkan alternatif untuk mempertahankan madu tersebut melakukan tindakan preventif, yang diharapkan menjadi penawar sebelum bisa menjalar luas di kemudian hari.

Budaya Riset Berkarakter SMA Al Muttaqin

Oleh Drs. Jenal Alpurkon, M.Pd.

SMA Al Muttaqin merupakan sekolah yang menggabungkan konsep fullday school dan berasrama sehingga  memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan sekolah pada umumnya.

Peserta didik yang memilih program fullday adalah yang berasal dari dalam kota, sedangkan yang memilih program asrama pada umumnya berasal dari luar kota, seperti dari Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sumatera Selatan.

Dua program sekolah tersebut memunculkan dinamisasi tersendiri dalam mewujudkan penegakkan disiplin peserta didik atau peningkatan karakter akhlakul karimah.

Bagi peserta didik yang tinggal di asrama, pola budaya pesantren bisa diterapkan. Aktivitas rutin terpadu dari mulai bangun tidur, bersekolah, belajar muatan keagamaan, hingga tidur. Berbagai  program tersebut terkondisikan dalam kurikulum pesantren. Sementara itu, bagi yang tidak di asrama, pola pembiasaan akhlakul karimah hanya bisa diterapkan pada jam selama KBM.

Ada dua kondisi yang menyertai dari dua pilihan program sekolah tersebut. Bagi yang berasrama atau pesantren, peserta didik sering merasa jenuh. Sebabnya, lingkungan yang terbatas menjadi permasalahan sehingga peserta didik bolos tidak KBM.

Selain itu, beban yang dirasa berat atas ketercapaian target program asrama. Hal ini  tidak jarang membuat peserta didi kabur, melakukan tindakan-tindakan yang negatif, atau kegiatan lainnya yang jauh dari harapan atau tujuan sekolah. Ssementara itu, untuk peserta didik fullday, pola interaksi dengan dunia luar yang dominan dibawa ke sekolah. Sejumlah peserta didik merasa jenuh dengan system fullday.

Sejak 2011 penulis telah tiga periode menjabat sebagai kepala sekolah. Penulis memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjadikan SMA Al Muttaqin menjadi sekolah yang berkualitas. Sekolah yang berkualitas dicirikan dengan peserta didiknya yang berkarakter akhlak mulia dan lulusannya banyak yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

Untuk itu, penulis telah mencanangkan salah satu ikon unggulan, yakni sekolah riset. Hal ini sesuai dengan cita visi dan misi sekolah. SMA Al Muttaqin, yakni menjadi sekolah unggul dan terdepan di Jawa Barat dalam akhlak mulia dan  menjadi outcome perguruan tinggi unggulan,

Guna mencapai hal tersebut tidaklah mudah. Apalagi, tantangan era teknologi informasi (Revolusi Industri 4.0) yang menuntut peserta didik memiliki kompetensi di berbagai bidang (Society 5.0). Berbagai  strategi atau langkah-langkah yang cocok dengan kondisi dan keadaan para peserta didik perlu disiapkan. Penulis berpandangan bahwa peserta didik adalah komponen utama sekolah yang harus dikembangkan dan diperjuangkan. (3/11)

Model Soal Asesmen

Oleh Nizar Machyuzaar

AMQ Lovers, Pemerintah, melalui Kemdikbud, akan melakukan evaluasi atas penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Ada pergeseran sudut pandang evaluasi yang dilakukan Kemdikbud, yaitu dari tes evaluatif seperti pada penyelenggaraan Ujian Nasional atau UN (menguji apa yang telah dipelajari) ke tes prediktif seperti yang akan diselenggarakan pada Asesmen Nasional (AN) pada bulan Maret 2021 nanti (menguji apa yang akan dipelajari).

Meski diniatkan sebagai survei atas penyelenggaraan pendidikan, hasil AN menjadi bahan evaluasi Kemdikbud dalam menentukan konsep pendidikan ke depan. Selain itu, hasil AN, yang juga mengikutsertakan guru dan kepala sekolah, dapat menjadi umpan balik bagi setiap satuan pendidikan (sekolah) untuk menilai ketercapaian visi dan misi sekolah dan mengambil kebijakan strategis dalam pelaksanaan pembelajaran. Yang menarik, hasil AN juga dapat menjadi data graduatif dan kualitatif atas klasifikasi sekolah.

Selain itu, AMQ Lovers, dari segi materi uji, sebagai contoh di tingkat SMA/SMK, tes evaluatif UN berdasar pada kompetensi mata ajar yang mendasari rumpun keilmuan yang diminati peserta didik, yakni peminatan Matematika dan Ilmu Alam, peminatan Ilmu sosial, dan  peminatan Bahasa dan Budaya. Sementara itu, untuk AN, materi uji menyertakan dua materi yang tidak berdasar pada materi ajar atau kurikulum dalam peminatan  rumpun keilmuan peserta didik. AN menyertakan materi uji yang mendasari semua mata ajar yang diselenggarakan di sekolah, yaitu kemampuan memahami teks (literasi dasar baca-tulis) dan kemampuan memahami operasi hitung dasar angka (literasi menghitung atau numerasi). Berikut adalah bagan konsep AN.

Sumber https://pusmenjar.kemdikbud.go.id

Literasi dan numerasi ini menjadi kecakapan dasar siswa yang harus dikuasai sehingga peserta didik dapat memahami dengan cepat dan tepat, bahkan dapat menemukan sisi aplikatif dan solutif atas apa pun keilmuan yang dipelajari. Atas dasar ini, pemerintah membuat istilah Asesmen Kompetensi Minimum yang menyasar siswa kelas V SD, VIII SMP, dan IX SMA/SMK.

Dalam laman https://pusmenjar.kemdikbud.go.id AKM dijelaskan sebagai berikut, “Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM, yaitu literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Baik pada literasi membaca maupun numerasi, kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan memilah serta mengolah informasi. AKM menyajikan masalah-masalah dengan beragam konteks yang diharapkan mampu diselesaikan oleh murid menggunakan kompetensi literasi membaca dan numerasi yang dimilikinya.”

Harapannya, ketika mereka naik ke tingkat terakhir, sekolah dapat membuat strategi pembelajaran yang dibutuhkan peserta didik setelah mempelajari pemetaan hasil AKM. Selanjutnya, dalam laman tersebut dinyatakan tujuan AKM sebagai berikut, “AKM dimaksudkan untuk mengukur kompetensi secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten. Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia serta untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat. Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia.”

Selain itu, dalam laman tersebut dipaparkan juga komponen materi uji AKM yang meliputi tiga materi uji, yakni (1) literasi membaca teks informasi, (2) literasi membaca teks fiksi, dan (3) literasi menghitung atau numerasi. Secara rinci ketiga komponen tersebut dipaparkan dalam tabel berikut ini.

Nah, AMQ Lovers, Kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi AKM yang direncanakan pelaksanaannya pada bulan Maret 2021. Semua stakeholder di satuan pendidikan, yakni sekolah mulai dari SD, SMP, SMA/SMK akan menjawab soal-soal AKM sebagai program survei Kemdikbud untuk evaluasi pelaksanaan pembelajaran di Indonesia. (NZ)

Ada Apa dengan Asesmen

Oleh Nizar Machyuzaar

AMQ lovers, Pemerintah melalui Kemdikbud membuat kebijakan baru. Ujian Nasioal (UN) ditiadakan. Penggantinya Asesmen Nasional (AN). Pelaksanaanya menyasar tingkat V SD, VIII SMP, dan XI SMA/SMK. Tujuannya memberi gambaran atas capaian pelaksanaan pembelajaran di sekolah di tingkat akhir, yakni kelas VI SD, IV SMP, dan XII SMA/SMK. So, sekolah dapat melakukan evaluasi di tingkat akhir peserta didik dalam menyelesaikan pembelajarannya.

 

AMQ Lovers, Kebijakan baru ini tidak hanya diikuti siswa, tetapi juga guru dan kepala sekolah. Dengan AN ini pemerintah melakukan survei di lingkungan satuan pendidikan (sekolah). Hasilnya akan dijadikan evaluasi atas penyelenggaraan pendidikan dari tingkat satuan pendidikan, daerah, sampai nasional. Meski diniatkan sebagai survei pemetaan, tampaknya pemerintah akan mengolah hasil AN dalam klasifikasi kualitas sekolah. Hal ini tentu bagus untuk memacu kinerja sekolah dalam memberika pelayanan pendidikan.

 

Lalu, materi apa yang diujikan AN? AMQ Lovers, laman resmi Kemdikbud memberi kisi-kisi materi uji AN yang disebut kompetensi minimum, yakni kompetensi dasar dalam membaca (literasi) dan menghitung (numerasi). Dua kompetensi dasar ini dapat menjadi modalitas peserta didik, guru pengampu pelajaran, dan kepala sekolah dalam memproduksi dan mengonsumsi teks, terutama informasi di internet (konten). Apalagi, Revolusi Industri (RI) 4.0 mengarah pada digitasi dan digitalisasi informasi. Dengan kata lain, prasyarat literasi dasar (baca-tulis) dan literasi menghitung (numerasi) menjadi modal kita dalam berinteraksi dalam literasi sains (ilmu pengetahuan), literasi finansial (keuangan), literasi digital (teknologi informasi), dan literasi budaya dan kewargaan (interaksi sosial dan budaya).

 

AMQ Lovers, hal ini menandai perubahan pola hidup mekanis ala RI 4.0 yang mereduksi nilai kemanusiaan ke kesadaran baru. Sebuah kesadaran akan pentingnya kembali berinteraksi dengan alam dan sesama. Kecanggihan teknologi hanya menjadi alat kita bereksistensi dan berkarya dalam hidup. Sebab, kita adalah warga sah sebuah bangsa (citizen), bukan hanya warga media sosial (netizen). Kesadaran baru ini sering kita sebut dengan era society 5.0. (22/10/20-NK).

Pola Berpikir Menyamping dalam Asesmen Kompetensi Minimum

Pola Berpikir Menyamping dalam Asesmen Kompetensi Minimum

Oleh Nizar Machyuzaar

Berpikir Lateral (Bagian I)

AMQ lovers, di tahun 1967 ada sebuah buku yang menarik untuk kita ulas. Buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia  oleh Binarupa (Jakarta,1991) ini berjudul The Use of Lateral Thinking ‘Penggunaan Berpikir Lateral’. Penulisnya adalah seorang psikolog bernama Edward De Bono. Buku yang sampai sekarang masih relevan dipelajari ini berbicara tentang bagaimana memaksimalkan kinerja otak. Apalagi, dalam kajian psikologi pendidikan, buku ini menjadi salah satu referensi klasik untuk mendesain pembelajaran yang menempatkan partisipan pembelajaran, baik guru maupun murid, sebagai subjek-yang-mengetahui.

Seperti kita ketahui, AMQ lovers, dalam kehidupan sehari-hari kegiatan berpikir dapat berhubungan dengan abstraksi atas pengalaman nyata atau khayal. Kegiatan berpikir yang menggunakan  prinsip, hukum, atau dalil untuk memperoleh pengetahuan dengan benar kemudian lebih dikenal dengan istilah bernalar.   Jadi, tidak semua kegiatan berpikir dengan semestinya adalah bernalar. Berpikir dengan menggunakan hukum berpikir yang disepakati kebenarannya yang kemudian disebut dengan bernalar. Peletak dasar hukum berpikir, kita tahu, sudah ada sejak 4 abad SM, yakni tiga serangkai guru-murid bernama Socrares, Plato, dan Aristoteles.

Demikianlah kita mengenal nalar dan proses berpikir dengan nalar (penalaran). Kita mengenal pengetahuan ini dengan istilah filsafat yang menjadi induk semang pengetahuan universal dengan berbagai objek kajian yang kita sebut dengan ilmu. Kita mengenal terapan atas hukum-hukum universal itu dengan nama teknologi dan seni. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni menjadi lokus sejarah pengetahuan manusia dalam memahami diri dan lingkungannya.

Namun demikian, warisan berpikir yang ketat dan logis-positivistik ini sering mengalami kebuntuan dalam memecahkan permasalahan hidup, bahkan mungkin dalam perkara sepele. Kenyataan ini yang menginspirasi buku ini ditulis. Bono mengenalkan dua konsep (baca: pola atau cara) berpikir, yakni berpikir vertikal dan berpikir lateral. Pola berpikir vertikal adalah pola berpikir logis konvensional yang selama ini kita kenal dan umum dipakai. Pola berpikir ini dilakukan secara tahap demi tahap berdasarkan fakta yang ada. Tujuannya mencari berbagai alternatif pemecahan  masalah.  Harapan akhirnya,  kita bisa memilih  alternatif  yang   paling   mungkin menurut logika normal (deduksi dan induksi). AMQ Lovers, kita mengenal pola berpikir ini dengan prosedur deskripsi, analisis, dan interpretasi atas objek atau pengalaman (logika induksi) dan (hipo)tesis, argumentasi, deskripsi (logika deduksi).

Sementara itu, pola berpikir lateral tetap menggunakan prosedur induksi atau deduksi. Sebagai contoh, dalam prosedur induksi, deskripsi dilakukan untuk mengenali  objek, analisis dilakukan untuk mengelompokkan bagian-bagian objek berdasarkan persamaan dan perbedaan, dan interpretasi dilakukan untuk menarik pernyataan generatif atau  sebagai pemecahan masalah sesuai dengan hasil akhir yang diinginkan. Namun, berpikir lateral, secara kreatif (dengan loncatan acak melampaui cara berpikir tahap demi tahap) berusaha mencari alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang yang paling mungkin mendukung hasil akhir tersebut. Tidak mengherankan jika pola berpikir lateral sering muncul dalam berbagai penemuan baru dan terobosan dalam ilmu pengetahuan.

Bono menganggap bahwa kedua pola berpikir ini ekuivalen dengan (1) kemampuan kognitif yang inhern dimiliki kita sebagai seperangkat pengetahuan yang melekat pada diri dan (2) keterampilan berpikir dengan atau tanpa kesadaran untuk ke luar dari pola berpikir yang melekat pada diri (thingking out of the box). Yang menarik, berpikir lateral yang sejajar dengan keterampilan berpikir, bagi Bono, adalah daya berpikir yang bisa dibentuk dan dilatih dengan kesadaran dan pembiasaan. Dengan kata lain, AMQ Lovers, daya kreativitas kita dalam berpikir pun dapat dibentuk dan dilatih. (NZ/31/10)