Khitah Pendidikan SMA Al Muttaqin, Budaya Riset, Pembentukan Karakter, dan Akhlak

Oleh Drs. Jenal Al Purkon, M.Pd.

“Bismillah…
Dalam kondisi apapun pendidikan tidak boleh matisuri, pendidikan harus tetap berjalan demi masa depan bangsa yang gemilang.
Disinilah peran guru dituntut utuk tetap semangat, kreatif dan sabar.
Momentum peringatan hari guru tahun 2020 dengan tema “Bangkitkan semangat wujudkan merdeka belajar” merupakan kesempatan untuk meningkatkan energi baru yang sudah beberapa bulan belajar dalam situasi pandemi covid 19.
Selamat hari Guru tetap semangat demi masa depan bangsa”

(Drs. Jenal Al Purkon, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Al Muttawin Tasikmalaya)

Tulisan ini merupakan lanjutan dari dua tulisan sebelumnya, yaitu “Budaya Riset Berkarakter SMA Al Muttaqin” dan “Tantangan Sekolah Berbasis Riset” yang dimuat di situs ini. Selain itu, ulasan dalam tulisan ini juga mencoba merevitalisasi khitah ‘cita-cita’ pendidikan yang sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945, yakni ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Di saat tantangan budaya yang mengglobal, karakter peserta didik yang cenderung menunjukkan kekerasan baik tindakan nyata maupun simbolik, ulasan atas aplikasi karakter (akhlak) menjadi penting sebagai pelengkap pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang tidak hanya cerdas tetapi juga berakhlak mulia.

Dari segi bahasa, khuluq (kata dasar dari akhlak) berarti sifat yang senantiasa tampak pada perilaku dan telah menjadi tabiat,hal ini juga sebagaimana dikatakan oleh Profesor. Dr. Amril Mansur, MA, bahwakhuluq dapat juga dikatakan sebagai Akhlak Potensial yang dimiliki oleh manusia sebagai sesuatu yang dianugrahkan Allah SWT kepada manusia untuk segera ditampilkan dalam bentuk prilaku nyata melalui usaha manusia.

Jadi akhlak atau prilaku dalam perspektif etika Islam tidak lain adalah prilaku Akhlak Aktual yang hidup dalam diri seseorang setelah adanya upaya terus menerus menumbuhkembangkan prilaku akhlak potensial yang telah Allah SWT anugrahkan kepadanya, sehingga ia hadir dalam bentuk tindakan-tindakan nyata. Pemaknaan akhlak seperti ini sejalan dengan makna kata akhlak yang memang merupakan plural dari kata khuluq yang berasal dari kata khalaqa yakni kata yang ditujukan pada ciptaan asal dari Tuhan yang sangat sarat dengan muatan daya atau kemampuan dasar yang dapat disempurnakan melalui adanya berbagai upaya nyata manusia kearah lahirnya penyempurnaan-penyempurnaan.

Kata khuluq tercantum dalam surat al-qalam ayat 4 yaitu : “Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki budi pekerti yang agung” (QS al-Qalam: 68 : 4).
Menurut istilah, ia mengandung dua makna, salah satunya lebih umum dari yang lain, yaitu:
Sifat yang tertanam dengan kokoh dalam setiap jiwa, baik yang terpuji maupun tercela. Dengan kata lain, akhlak adalah gambaran batin yang telah ditabiatkan kepada manusia.
Sifat yang berwujud sikap berpegang teguh kepada hukum-hukum dan adab-adab syariat, baik berupa perintah yang harus dikerjakan atau larangan yang harus ditinggalkan, atau dengan kata lain bahwa jenis kedua ini dapat dihasilkan dengan usaha dan latihan yang diupayakan oleh manusia.

Akhlak mulia merupakan salah satu asas terpenting dalam ajaran Islam untuk membina pribadi dan memperbaiki masyarakat. Keselamatan masyarakat, kekuatan, kemuliaan, dan kewibawaan pribadi-pribadinya sangat bergantung kepada sejauh mana mereka berpegang dengan akhlak mulia tersebut. Dan masyarakat akan hancur dan rusak tatkala mereka meninggalkan dan menjauhkan akhlak yang terpuji. Dari apa yang telah dijelaskan di atas bahwa akhlak itu sebenarnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu ;
Akhlak Potensial yang merupakan akhlak yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT kepada manusia tergantung kepada manusia itu sendiri untuk mengembangkannya kearah yang baik atau yang buruk. Atau dengan kata lain yang telah tertanam dalam jiwa seseorang.

Akhlak Aktual adalah aplikasi dari akhlak potensial yang telah ada pada diri manusia atau prilaku manusia dalam tindakan nyata dalam kahidupan sehari-hari. Karena adanya usaha-usaha yang telah dilakukan oleh manusia. Jadi dengan kata lain Akhlak aktual telah ada sebagai anugrah dari Allah SWT lalu tergantung manusia untuk mengembangkannya melalui berbagai upaya untuk menampilkan yang seseuai dengan etika Islam.

Akhirnya, di hari yang bermakna untuk pendidikan ini, Hari Guru yang selalu diperingati pada tanggal 25 November, kita berharap semua komponen yang terlibat dalam pembangunan pendidikan dapat kembali merevitalisasi khitah pendidikan yang cerdas secara akal dan mulia secara akhlak. Selamat Hari Guru.

Comments are closed.