Estetika, Puisi Minggu Ini: Aep Saefuloh dan Yayu Nursyayidah Yusuf

Puisi Aep Saefuloh

Pembayunku di Keluarga “Atqiya”

23012021 18:51 WIB

 

Usia anak gadisku seusia sekolahku

SMA Al Muttaqin memasuki genap usianya

Putri sulungku pun demikian

Tempat kerjaku terlahir 2003

Gadis pembayunku pun demikian

 

2003 tahun bersejarah dan hari jadimu

Nama terbaik pun disiapkan sedemikian rupa

Reflek kuberikan nama keluarga besarku “atqiya”

Selamat datang nak di keluarga“atqiya”

Semoga menjadi wanita shalihah yang dibanggakan

 

Ayah dan Ibumu mengharapkan kesuksesanmu

Kami percaya ke lembaga Al Muttaqin

Lembaga yang siap menghantarkan kesuksesan

Sukses dunia juga sukses akhirat

Harapan semua insan begitu pun “atqiya”

 

2021 tahun penentuan tuk meneruskan citamu

Ikuti petuah orang tua dan gurumu

Siapkanlah keseriusanmu tuk masa depanmu

Masa depan yang penuh dengan tantangan

Keluarga “atqiya” mendukungmu begitu pun yang di sekelilingmu

 

Lembaran Baru Tahun 2021

010121 04.26 WIB

 

Rembulan bercahaya di langit Jakarta

Pada malam pergantian tahun

Di Tasikmalaya tak nampak sama sekali

Namun menjelang shubuh mulai terlihat

Hingga nampak setelahnya

 

Mentari belum muncul sampai pagi

Bagaimana dengan sinarmu

Akankah terus menerangi jagat

Harapan itu yang terus diharap

Optimislah dalam hidup

 

Yakin Mentari kan menyinari

Tak usah putus asa dengan kehidupan

Munculnya sinar mentari tanda masih kehidupan

Teruslah berkarya untuk duniamu

seolah akan hidup selamanya

 

Kehidupan abadi itu kelak

Kehidupan yang tak bertepi

Jangan lupa akhiratmu

karena kau akan mati esok

menuju keabadian murung atau ceria

 

Jalan kehidupan pasti berliku

Sukakanberalihduka

Begitupun sebaliknya

Kuatkan pondasi spiritual

Yang siap memagari kehidupan

 

Lembaran baru dah dihadapan

Jadikanlah hidup bermakna

Hindari kedurjanaan

Hiduplah dengan ikhlas

Ikuti kata hati dan ketulusan

 

Jangan ikuti kata nafsu serakah

Esok lusa bukan milik kita

Mohonlah yang terbaik kepada Sang Khaliq

Tebarkan benih cinta ke semua makhluk

Pastikan lembaran baru penuh bermakna

 

Titah Cinta Yang Mahakuasa

080121 05:15 WIB

 

Ar Rahman Ar Rahman Ar Rahman

Maha Pemilik cinta kasih dan sayang

Titah-Mu telah Kau mandatkan kepada baginda tercinta

Insan spesial teladan alam

Cintanya tak bertepi perangainya kunanti

 

Hamba siap mengabdi dengan keteladannya

Tutur katanya yang menyejukan hati

Kau hiraukan caci maki

Meski penganiayaan silih berganti

Sikapmu emas akhlakmu mutiara

 

Ar Rahman Ar Rahman Ar Rahman

Ku tak kuat harus mampir di neraka-Mu

Tak pantas pula di surga-Mu

Limpahkan karunia dan ampunan-Mu

Tuk selalu berada dalam titah-Mu

 

Rukun Iman penangkal nestapa

Benteng ke labilan hati sanubari

Pegang teguh sejuta keyakinan

Kokoh nan kokoh pasti kokoh

Hingga menuju kesempurnaan

 

Syahadat, shalat, zakat, puasa,  juga haji

Rukun Islam yang mudah diucap

Berat dalam pembuktian amal harian

Anugerahkan kepadaku ya Rahman

Kekuatan lahir dan batin

 

Ar Rahman Ar Rahman Ar Rahman

Hiasi Iman dan Islam dengan Ihsan

Mengabdi pada Ar Rahman

Meski tidak terlihat dengan mata telanjang

Dia senantiasa memonitor kehidupan

 

Tepuk Tangan Tuk Negeri Antah Berantah

06012021 19:85 WIB

 

Tepuk tepuk tepuk

Apresiasi buat antiteror

Anti teror negeri antah berantah

Memang pantas ditepuktangani

 

Tepuk tepuk tepuk

Suara kedua tangan ditepukan

Pasukan antah berantah bergegas siaga

Tangkap jamaah di akhir tahun, kok akhir tahun ?

 

Kencleng … kotak amal mulai disoal = tanya rumput yang bergoyang

Disinyalir untuk pemberontakan

Perbuatan siapakah ? proyek siapkah ini … ?

Demi proyek proposal ketidaklogisan bermunculan

 

Sayang seribu sayang

Pasukan antah berantah siaga

Kok yang tidak nampak mudah ditangkap

Tapi yang nampak nan jelas susah diungkap

 

Ingat semua insan punya kewarasan

Dapat memfilter mana baik mana tidak

Masa sih tembak-menembak

Kok nyaris semua sasaran mirip

 

Negeri antah berantah

Mu apakah negeri ini ?

Yuk bentuk tim indipenden

Pak lurah malah ogah

 

Mana kesigapanmu … mana kepedulianmu

Ke sana runcing ke onoh tumpul

6 orang itu manusia pak lurah

Masa sih dianggap gedebog pisang

 

Puisi Yayu Nursyayidah Yusuf

Tanya?

 

Rintik hujan mengalun syahdu di sepertiga malam

Tengadahku pada Robbku tak lain hanyalah bersenandung merdu

Melantunkan sebuah doa, agar semua yang diharap terkabul

 

Kawanku, entah kenapa qalbu ini meringis

Merutuki ketidakberdayaan langkahku

Langkah yang membuat kalian bertanya

Mengapa engkau melakukan itu pada kami?

 

Kawanku, ketahuilah

Jauh dilubuk sanubariku

Tak sedikit pun terbesit ingin menyakiti kalian

Tapi apalah dayaku, mungkin kedewasaan belum nyaris terlihat dimataku

 

Kawanku, aku hanya berusaha ingin menjadi temanmu

Bukan yang selalu sok mengguruimu

 

Kawanku, aku hanya ingin menjadi tempatmu berkeluh kesah

Ketika kau kehilangan arah

 

Percayalah kawanku, aku bukanlah yang sempurna

Tapi aku hanya berusaha sempurna dimatamu.

 

Cilapus 2020

 

Aku apa kau?
Lautan emosi hinggap pada sarangnya
Terbendung dalam keegoisan jiwa
Terkadang senja begitu perih
mengikis iris lirih

 

ya…amuk teriak bagai petir
awan kian menjelma merintih
tanah terinjak bagai kotoran
namun fatamorgana seakan tertelan

 

sunyi senyap hadir dalam jiwa
kebingungan kian melanda
apa yang harus aku bawa
duka menyelimuti hati yang kian retak
makin dekat, jiwa ini terus meronta
tak berdaya rasanya hati ini
muak saja melihat perangainya
namun sekali lagi hati ni tak berdaya
melihat kepolosan jiwa yang remuk

 

ya….remuk dalam ketidaktahuan
remuk dalam kepolosan
remuk dalam ketidakberdayaan
remuk dalam keniscayaan

 

teruntuk kau yang mengejek jiwa penuh luka
diam saja, pendam semua kesombongan itu
tak sudi rasanya hati ini memaafkan
namun sekali lagi mimpi ini harus terkubur
diam, senyap dalam kesunyian

Cilapus 2016

 

Kaku

Dingin…Beku…Asaku

Lemah hati ini meraung senyap

Meraung kata dalam diam

Dalam angan yang tak bertepi

Tak berharap lagi meminta

Lagi dan lagi kau lemparkan candu itu

Candu yang membuatku muak melihat parasmu

Melihat harap yang tak kunjung ada.

Kini, kepasrahan ini mulai menyambutku

Mulai bertepuk tangan dengan kegaduhannya

Dengan kekosongan hati

Kekosongan angan…asa…harap

Asaku asamu hancur luluh lantah

Tak tersisa.

 

Marah menyisakkan puing-puing rerutuhan

Sesaat bercengkrama namun tak berarti

Mengelak langkah yang tak manusiawi

Merengek dengan ketidakberdayaan

Akankah semua ini punah?

 

Makhluk itu terus saja bergelantungan

Memekik nafas sang pemarah

Cilapus 2015

 

C!L@PU$

Hangatkan asa di sepi muara ini

Menatap imajinasi yang singgah beberapa jam yang lalu

Aku berkelana mencari sepenggal keyakinan yang tak bisa aku terka

Tapi …

Aku hanya mampu singgah dalam format teks yang berusaha aku cairkan,

aku uraikan, aku raba, dan terakhir kan aku bingkai

 

Olahan hati begitu berkecambuk dalam noktah yang tak bisa aku senandungkan

yang tak mampu aku dakwatkan dalam kerikil tengkorak pikirku

Asa yang selalu menyelimuti ragaku

Hingga aku singgah dalam titik yang tak bisa aku tolak di ujung teluk penantian

 

Persinggahan terakhirku

Untuk membentuk alam ini

Dengan sebuah janji yang terjerembab dalam catatan hati yang mengoyak

yang terurai lewat tetesan Arrahmaan, tengadah sepasang tangan, dan tersimpan dalam ubun-ubun mahkotaku.

Cilapus 2010

 

Salam Redaksi,

Kami menerima karya kreatif Pembaca AMQ Lovers. Rubrik Estetika terbit tiap hari Minggu.

Minggu, 24 Januari 2020