Siswa Kelas Sains Tahfidz : Hafal Alquran dan Juara Lomba Sains

Sejak dicanangkan sebagai program unggulan, Kelas Sains Tahfidz SMA Al Muttaqin Fullday School Kota Tasikmalaya, terus beritikad melahirkan lulusan yang memiliki hafalan Al Quran yang baik. Target pencapaian hafalannya dalam pengetesannya bekerjasama dengan FHQ (Forum Hifdzil Quran) sebagai institusi resmi yang digandeng Kemenag dalam test hafalan alquran.

M. Zaki, Koordinator Sains Tahfidz SMA Al Muttaqin mengatakan, lebih dari 50% calon lulusan kelas sains thafidz sudah murojaah dan memiliki hafalan Alquran lebih dari 5 juz.

“Alahmdulillah, meski dalam masa pandemi, murojaah alquran terus berjalan. Akhir semester gasal sudah banyak yang melampaoi target hafalan. Pada saat lulus, tambahan hafalan 1 atau 2 juz maka insya alloh lebih 50% lulusan kelas sains tahfidz tahun ini akan memiliki hafalan al quran lebih dari 5 juz,” kata M Zaki.

M Zaki menjelaskan lebih lanjut, lulusan tahun ini memiliki proyeksi 4 orang bisa memiliki hafalan 7 juz, 10 orang 6 juz, 7 orang 5 juz. Sisanya semua sudah melakukan murojaah 5 juz.

Juara Sains
Kepala SMA Al Muttaqin, Drs. Jenal Al Purkon, M.Pd, mengatakan, sebagai program ungggulan, siswa kelas sains tafidz selain memiliki hafalan alquran, diharapkan mereka memiliki pemahaman sains yang lebih baik.

“Di kelas sains tahfidz ini ada mata pelajaran sains quran. Sehingga mereka memiliki kelebihan menegetahui dan memahami ayat ayat alquran tentang sains”, tandas Jenal.

Selain itu, sambung Jenal, kelebihan siswa kelas sains tahfidz juga mampu menjuarai lomba lomba sains mulai tingkat regional, provinsi, nasional, bahkan internasional.

“Siswa kelas sains tahfidz seperti Ananda, Selma, Zazim mampu menjuaran FIKSI tingkat nasional dan mendapat sertifikat penghargaan dan Mendikbud Nadiem Makarim. Mereka juga mengikuti lomba riset tingkat internasional di Brazil” terang Jenal yang juga sebagai pemenang Lomba Kepala Sekolah Berprestasi tingkat nasional.

Dalam catatan Tim Tahfidz, Ananda Putri Aulia Mulyadi memiliki hafalan juz 1,2,3,28,29,30. Selma Rahmatul Azizah memiliki hafalan Juz 30,29,28,1,2

Selain itu, potensi hafalan alquran kelas sains tahfidz ini juga banyak mendorong sebagai penggerak kegiatan kesiswaan di Al Muttaqin. Ketua OSIS Aif Nanang, memiliki hafalan 5 Juz. Aktif mengikuti sejumlah kegiatan seperti Hazrina Humaira dan Syfa Aulia hafalan juz 30,29,28,1,2.

Penggerak kebahasaan memiliki hafalan 6 juz ada Aasila. Selanjutnya ada Muhammad Hisyam dan M Rafi, dan Asy Syifa Tsaniya Adha sebagai siswa penghafal terbanyak di semester 5 dengan hafalan Juz 30,29,28,27,1,2,3. ***

Khitah Pendidikan SMA Al Muttaqin, Budaya Riset, Pembentukan Karakter, dan Akhlak

Oleh Drs. Jenal Al Purkon, M.Pd.

“Bismillah…
Dalam kondisi apapun pendidikan tidak boleh matisuri, pendidikan harus tetap berjalan demi masa depan bangsa yang gemilang.
Disinilah peran guru dituntut utuk tetap semangat, kreatif dan sabar.
Momentum peringatan hari guru tahun 2020 dengan tema “Bangkitkan semangat wujudkan merdeka belajar” merupakan kesempatan untuk meningkatkan energi baru yang sudah beberapa bulan belajar dalam situasi pandemi covid 19.
Selamat hari Guru tetap semangat demi masa depan bangsa”

(Drs. Jenal Al Purkon, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Al Muttawin Tasikmalaya)

Tulisan ini merupakan lanjutan dari dua tulisan sebelumnya, yaitu “Budaya Riset Berkarakter SMA Al Muttaqin” dan “Tantangan Sekolah Berbasis Riset” yang dimuat di situs ini. Selain itu, ulasan dalam tulisan ini juga mencoba merevitalisasi khitah ‘cita-cita’ pendidikan yang sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945, yakni ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Di saat tantangan budaya yang mengglobal, karakter peserta didik yang cenderung menunjukkan kekerasan baik tindakan nyata maupun simbolik, ulasan atas aplikasi karakter (akhlak) menjadi penting sebagai pelengkap pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang tidak hanya cerdas tetapi juga berakhlak mulia.

Dari segi bahasa, khuluq (kata dasar dari akhlak) berarti sifat yang senantiasa tampak pada perilaku dan telah menjadi tabiat,hal ini juga sebagaimana dikatakan oleh Profesor. Dr. Amril Mansur, MA, bahwakhuluq dapat juga dikatakan sebagai Akhlak Potensial yang dimiliki oleh manusia sebagai sesuatu yang dianugrahkan Allah SWT kepada manusia untuk segera ditampilkan dalam bentuk prilaku nyata melalui usaha manusia.

Jadi akhlak atau prilaku dalam perspektif etika Islam tidak lain adalah prilaku Akhlak Aktual yang hidup dalam diri seseorang setelah adanya upaya terus menerus menumbuhkembangkan prilaku akhlak potensial yang telah Allah SWT anugrahkan kepadanya, sehingga ia hadir dalam bentuk tindakan-tindakan nyata. Pemaknaan akhlak seperti ini sejalan dengan makna kata akhlak yang memang merupakan plural dari kata khuluq yang berasal dari kata khalaqa yakni kata yang ditujukan pada ciptaan asal dari Tuhan yang sangat sarat dengan muatan daya atau kemampuan dasar yang dapat disempurnakan melalui adanya berbagai upaya nyata manusia kearah lahirnya penyempurnaan-penyempurnaan.

Kata khuluq tercantum dalam surat al-qalam ayat 4 yaitu : “Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki budi pekerti yang agung” (QS al-Qalam: 68 : 4).
Menurut istilah, ia mengandung dua makna, salah satunya lebih umum dari yang lain, yaitu:
Sifat yang tertanam dengan kokoh dalam setiap jiwa, baik yang terpuji maupun tercela. Dengan kata lain, akhlak adalah gambaran batin yang telah ditabiatkan kepada manusia.
Sifat yang berwujud sikap berpegang teguh kepada hukum-hukum dan adab-adab syariat, baik berupa perintah yang harus dikerjakan atau larangan yang harus ditinggalkan, atau dengan kata lain bahwa jenis kedua ini dapat dihasilkan dengan usaha dan latihan yang diupayakan oleh manusia.

Akhlak mulia merupakan salah satu asas terpenting dalam ajaran Islam untuk membina pribadi dan memperbaiki masyarakat. Keselamatan masyarakat, kekuatan, kemuliaan, dan kewibawaan pribadi-pribadinya sangat bergantung kepada sejauh mana mereka berpegang dengan akhlak mulia tersebut. Dan masyarakat akan hancur dan rusak tatkala mereka meninggalkan dan menjauhkan akhlak yang terpuji. Dari apa yang telah dijelaskan di atas bahwa akhlak itu sebenarnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu ;
Akhlak Potensial yang merupakan akhlak yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT kepada manusia tergantung kepada manusia itu sendiri untuk mengembangkannya kearah yang baik atau yang buruk. Atau dengan kata lain yang telah tertanam dalam jiwa seseorang.

Akhlak Aktual adalah aplikasi dari akhlak potensial yang telah ada pada diri manusia atau prilaku manusia dalam tindakan nyata dalam kahidupan sehari-hari. Karena adanya usaha-usaha yang telah dilakukan oleh manusia. Jadi dengan kata lain Akhlak aktual telah ada sebagai anugrah dari Allah SWT lalu tergantung manusia untuk mengembangkannya melalui berbagai upaya untuk menampilkan yang seseuai dengan etika Islam.

Akhirnya, di hari yang bermakna untuk pendidikan ini, Hari Guru yang selalu diperingati pada tanggal 25 November, kita berharap semua komponen yang terlibat dalam pembangunan pendidikan dapat kembali merevitalisasi khitah pendidikan yang cerdas secara akal dan mulia secara akhlak. Selamat Hari Guru.

SMA Almuttaqin Juara II Nasional Lomba Esai UNY

SMA Almuttaqin Tasikmalaya (16/11)  meraih juara II Lomba Menulis Esai Tingkat Nasional yang digelar Jusuran Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada . Lomba esai kali ini bertema Pencegahan Hoax di Abad XXI.

Pada babak 1 (6/11) diadakan penyisihan yang diikuti ratusan SMA/SMK se-Indonesia. Peserta mengerjakan 50 soal dengan tes daring. Tim SMA Almuttaqin yang diwakili Umi Latifah Musfiroh (12 IPS 1), Jasmin Kamiliya Raudha (11 IPS 1), dan Mufti Sunan Alfarabi (11 IPS 2) menempati peringkat I dengan point 735 dari total poin 750.

Babak semifinal diikuti oleh 19 tim. Dalam Babak ini setiap peserta diwajibkan membuat esai bertema Pencegahan Hoaz di Abad XXI. Tim SMA Almuttaqin mendapat point 79 dari total poin 100 dan melaju ke babak final yang menyisakan 10 tim.

Dalam babak final, kesepeluh tim mempresentasikan esai yang telah dibuat. Hasilnya, tim SMA Almuttaqin menduduki juara II dengan total point 548,4. Sementara juara I diraih MAN 1 Blitar dan juara III SMAN 1 Depok. selain mendapat predikat juara II, tim juga meraih predikat sebagai Best Score dengan total point 488,4.

Menurut Fitri Nur Millah, S.Pd., selaku pembina tim, kegiatan ini dilakukan untuk memotivasi peserta didik SMA Almuttaqin dalam berkompetensi dan berkompetisi dalam keilmuan. Sementara Kepala Sekolah  Jenal Al Purqon, S.Pd., M.Pd. mengharapkan bahwa berbagai lomba yang diikuti oleh sekolah adalah misi sekolah untuk mencapai visi SMA Almuttaqin Tasikmalaya sebagai Sekolah Para Juara.  (NZ)

 

JEJAK DIGITAL MEDIA SOSIAL

JEJAK DIGITAL MEDIA SOSIAL

Oleh Nizar Machyuzaar

Media sosial ‘social media’ menjadi istilah yang populer dalam beberapa tahun ini. Setidaknya, semenjak tahun 2008 pencarian istilah social media terindeks tinggi di mesin pencari informasi Google. Selain itu, di tahun 2012 istilah media sosial sebagai frasa serapan dalam bahasa Indonesia mulai populer dicari warganet di berbagai aplikasi pencari informasi internet.

Istilah media sosial dapat dibatasi sebagai situs web dan sarana komunikasi daring lainnya yang digunakan oleh sekelompok besar orang untuk berbagi informasi dan mengembangkan kontak sosial dan profesional. Frasa nomina ini masuk dalam istilah teknologi digital yang memungkinkan pengguna tidak hanya mengonsumsi, tetapi juga berpartisipasi membuat, mengomentari, dan menyebarkan beragam konten dalam berbagai format, seperti teks, gambar, audio, dan video.

Untuk mengenal berbagai jenis media sosial, kita dapat membaginya dari desain penggunaannya, yakni layanan blog (jurnal pribadi) seperti WordPress dan Blogger, layanan mikroblog (jurnal pribadi versi ringkas) seperti Tweeter, layanan jejaring sosial ‘social networking’ seperti Facebook, layanan berbagi media ‘media sharing’ seperti Youtube dan instagram, layanan forum diskusi (tematik) seperti kaskus, dan layanan kolaborasi konten seperti Wikipedia.

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai pengguna media sosial yang banyak dan aktif. Bahkan, boleh jadi sebagai warganet, masyarakat Indonesia memiliki akun di beberapa flatform media sosial. Tentu, hal ini membutuhkan kecakapan dalam bermedia (literasi digital), selain literasi dasar membaca dan menulis, literasi menghitung (numerasi), literasi sain, literasi finasial, dan literasi budaya dan kewargaan.

Sebabnya, media sosial efektif memengaruhi cita, rasa, dan karsa netizen dalam mengambil keputusan untuk bertindak. Banyak kasus gegara konten media terjadi. Netizen diuntungkan, dirugikan, bahkan dikriminalkan. Kita tidak ingin sampai pada adagium, “Jejak digital itu kejam, Jenderal!” (NZ)

Zoom Disulap Jadi Ruang Ujian, Ada Pengawasan Virtual dalam PAS SMA Al Muttaqin

Zoom Disulap Jadi Ruang Ujian
Ada Pengawasan Virtual dalam PAS SMA Al Muttaqin

Inin Kadar Solihin, S.S. , Wakil Kepala Kurikulum SMA Almuttaqin Tasikmalaya
Kendati siswa berada dirumah, namun pelaksanaan PAS (Penilaian Akhir Semester)/ ujian semester secara online, tetap ada pengawasan. Siswa tak bisa asal asalan dalam mengikuti PAS dengan penampilan seadanya, apalagi membuka aplikasi lain di internet. Caranya memanfaatkan zoom education sebagai ruang ujian dengan media chattnya sebagai link komunikasi soal.

Menurut Wakasek Kurikulum SMA Al Muttaqin, In In Kadarsolihin, S.S., pemanfaatan media zoom sebagai ruang ujian karena selama masa pandemi ini, guru guru SMA Al Muttaqin dalam melakasanakan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), sebagian besar memilih pemodelan PJJ syncronous online. Konsep Live teaching menggunakan zoom atau g-meet menjadi budaya baru dalam KBM.

“Guru setiap jam KBM selalu menyampaikan materi secara langsung, baik menggunakan share screen ppt, word, aplikasi liveboard, ataupun secara manual sorot kamera papan tulis. Pada model KBM seperti ini guru bisa menyapa langsung siswa, melihat wajah langsung siswa, sehingga KBM bisa berlangsung interaktif kendati KBM tidak berada pada satu tempat”, kata Solihin.

Oleh karena itu, tambah Solihin, pemodelan KBM live teaching ini, diturunkan kedalam pelaksanaan ujian dengan pemodelan pengawasan virtual. “Bagaiamana caranya agar siswa ketika ujian bisa terpantau gerak geriknya, aktivitas keseriusan ujiannya, hingga pemantauan dari segi keseriusan dalam memakai seragam sekolah, meski berada dirumah, tetap terpantau. Cara praktisnya memanfaatkan zoom sebagai ruang ujian. Ketika ujian berlangsung kamera siswa tetap on. Dari menu chatt ditampilkan link ujian. Pada aplikasi ujian itu sendiri menggunakan fasilitas ad on yang bisa merekam aktivitas siswa, mulai dari record waktu klik awal mengerjakan, hingga record jika membuka aplikasi lain” jelas Solihin.

Namun, lanjut Solihin, ada perebedaan teknis siswa yang mengguanak PC/Laptop sebagai media ujian dengan yang menggunakan HP. Jika di laptop/PC, siswa dengan kamera on, tanpa perlu tambahan teknis lainnya, sistem bisa mini mize, kamera tetap jalan, program ujian juga jalan. Namun jika di HP harus menggunakan bilah layar. Layar bagian atas untuk tetap on kamera, layar bilah bawah untuk mengerjakan ujian.

“Alhamdulillah, optimalisasi zoom sebagai ruang ujian bagi semua kelas itu, sudah kami uji coba dalam program unggulan try out ujian tulis masuk perguruan tinggi bagi kelas 10-11. Hasilnya, tak ada kendala teknis berarti. Hanya ada 2 atau 3 siswa perkelas yang menggunakan HP kesulitan karena model HP nya harus dwonload dulu bilah status,” papar Solihin.

Ketua Pokja PAS Gasal 2020, Prana Jomantara, S.Pd. mengatakan teknis lainnya dalam pemanfaatan zoom sebagai ruang ujian, adalah kesiapan perangkat admin ujian itu sendiri. Yakni penyediaan 21 alamat khusus dari zoom sebagai ruang ujian dan perangkat PC yang akan dipakai sebagai admin.

“Alahmadulillah Pokja telah menyediakan link zoom mandiri sebanyak 21 sebagai ruang ujian. Ini artinya, ada 21 guru sebagai pengawas virtual dalam setiap satu sesi ujian berlangsung. Guru yang ditugaskan mengawas berperan juga sebagai host. Jalannya rua ujian seperti ad meet peserta, share konten soal menjadi tanggunjwab pengawas. Sementara unruk meudahkan pemantauan sistem, tiap jenjang kelas akan ada koordiantor sebagai proktornya,” kata Prana.
Enam Rambu Rambu PAS
PAS untuk semester gasal itu sendiri akan dilakanakan mulai Senin 30 November sampai Rabu 9 Desember 2020. PAS semester ini, merupakan kali yang kedua dilaksanakan secara online murni beda tempat antara sekolah sebagai penyelenggara dan siswa sebagai peserta. Jika semester sebelumnya merupakan ujian semester mengujikan materi hasil PTM (Pembelajaran Tatap Muka) dengan PJJ, maka pada PAS kali ini, mengujikan materi semua hasil PJJ.

“Materi yang diujikan semua hasil PJJ, baik syncronous online, maupun asyncronous online. KD yang ujikannya merupakan adaptasi dari Kurikulum Darurat/Kondisi Khusus masa pandemi. Sehingga jumlah soal yang diujikanpun berbeda dari kondisi normal. Namun secara substansi evaluasi tetap sama,” jelas Solihin yang pernah menjadi juara 2 lomba guru berprestasi SMA tingkat Kota Tasikmalaya.

Sedikitnya, tegas Solihin, ada enam rambu yang harus difahami oleh siswa agar bisa melaksanakan PAS secara optimal.

1.  Menggunakan media Zoom sebagai ruang ujian.

Siswa memastikan diri tidak ada kendala teknis dengan instalan aplikasi zoom di PC/Laptop atau gadgetnya.

2. Kamera selalu on. Memakai bilah status HP. Pakai PC/Laptop lebih ok.
Selama ujian, siswa harus mengaktifkan kamera. Kamera selalu dalam posisi on. Jika menggunakan HP, dan kebetulan HP nya tupe lama, maka ssiswa bersangkutan harus menginstal terlebih dahulu program bilah status di play store. Menguji cobanya, sehingga memastikan diri kamera zoom bisa on, dan aplikasi lainnya bisa dipakai. Uji coba bisa dilakukan selama KBM akhir semester.
3. Waktu ujian serempak dengan mapel sama satu angkatan
Seperti halnya ujian di era normal, PAS sesuai dengan kesepakatan MKKS tidak menggunakan pola PJJ murni dalam evaluasi KBM. Namun memilih penggunakan waktu yang serempak ujian. Sehingga siswa harus tahu betul jadwal ujiannya. Tidak telat masuk ke ruang zoom. Sebab jika telat akan ketinggalan link soal yang dibagikan melalui chatt zoom.
4, Memakai seragam. Rambut Tidak Gondrong. Jilbab Syar’i.
Suasana sekolah dihidupkan dari rumah masing-masing. Siswa wajib menggunakan seragam sekolah yang ditentukan selama ujian. Rambut sesuai aturan disiplin sekolah, tidak gondrong. Khusus akhwat diingatkan selama ujian menggunakan jlbab syar’i.

5. Tidak ada jadwal remedial khusus. Yang ada susulan. Nilai harus ok.
Salah satu rambu yang harus diperhatikan sekali siswa adalah tidak ada remedial khusus. Pokja hanya menyediakan waktu untuk susulan. Oleh karean itu untuk memaksimalkan nilai siswa, maka peran wali kelas teramat penting bekolaburasi dengan guru bidang studi dan juga orang tua. Siswa harus proaktif ke guru mengawal tugas yang belum masuk/nilai kurang. Sementara wali kelas harus emlakukan home visi jika ada laporan iswa kurang progres dalam PJJ.

6. Masuk ke dalam system e raport. Rencana dibagikan langsung di sekolah.
Hasil PAS akan dimasukan ke dalam e raport kemdikbud sebagai laporan hasil evaluasi semesteran. Sehingga hasilnya permanen hingga genap 5 semester sebagai salah satu kriteria mengikuti SNMPTN.
Agar komunikasi lebih konstruktif dalam pembagian raport sebagai bahan evaluasi PJJ dengan orang tua, maka dengan prokol kesehatan yang ketat, diproyeksikan pembagian raport secara langsung. Siswa dan orang tua di undang ke sekolah selalu bergiliran pada 18-19 Desember 2020 dengan prokol kesehatan yang ketat.

*** AMQ02

AMQ Virtual Ceremony

Senin (16/11/20) SMA Al Muttaqin akan menggelar apel virtual dengan aplikasi zoom. Apel yang sedianya dihadiri 600-an peserta ini juga dihadiri pimpinan SMA Al Muttaqin dan tenaga kependidikan.

Wakil Kepala Kurikulum Inin Kadar Solihin mengungkapkan bahwa semenjak pandemi Covid 19 apel pagi selalu diselenggarakan. Apel ini bertujuan menjalin komunikasi dengan seluruh leading sector SMA dalam rangka penguatan visi, misi, dan orientasi sekolah, tambahnya.

Untuk apel kali ini digagas tema leaning is workship; achivement is dakwah. Kepala Sekolah SMA Al Muttaqin akan menyampaikan amanat apel.

Bagi yang berminat dan berkesempatan mengikutinya dapat masuk ke link http://bit.ly/APEL_PAGI_AMQ, Meeting ID: 595 640 3690, Passcode: apel-pagi. (NZ)

Tantangan Sekolah Berbasis Riset

Oleh Drs. Jenal Al Purkon, M. Pd.

Tantangan Sekolah BerbasisRiset (Bagian II)

(Sumber: Strategi FAST dalam Menumbuhkembangkan Budaya Riset Berkarakter-BEST PRACTICE-Diajukan untuk Mengikuti Pemilihan-Kepala SMA BerprestasiTingkat Nasional 2017)

Permasalahan Guru

Guru sebagai sumber daya kependidikan mempunyai peran yang signifikan dalam pendidikan. Begitu pula di SMA Al Muttaqin. Umumnya, guru SMA Al Muttaqin masih fresh graduate, rerata usia 20–30-an tahun. Sebagian kecil berusia di atas 40 tahun.

Kompetensi guru dengan latar belakang sesuai bidang keilmuan, dari total 44guru,  95% sudah sesuai. Mereka berasal dari jurusan kependidikan dan nonkependidikan, serta sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.

Kondisi tersebut menjadi sebuah tantangan yang harus dikembangkan. Jika tidak mampu dilakukan tata kelola yang baik, hal ini akan menjadi sumber masalah. Sebaliknya, jika mampu dikelola dengan baik, tentu saja hal ini menjadi potensi yang mampu menggerakkan cita visi sekolah yang maksimal.

Permasalahan Peserta didik

Peserta didik di sekolah yang penulis pimpin memiliki latar belakang yang berbeda-beda. baik dari segi budaya, ekonomi, maupun kemampuan akademisnya.

Jika dilihat dari segi budaya, peserta didik SMA Al Muttaqin berasal dari daerah yang memiliki budaya yang beraneka ragam, yakni  kultur perkotaan dan pedesaan, kultur keagamaan keluarga yang ketat berbaur dengan kultur keagamaan yang longgar, dan sebagainya.

Namun, jika dilihat dari segi ekonomi, umumnya, peserta didik berasal dari keluarga yang memiliki taraf ekonomi tingkat menengah. Orang cukup berada di kampung. Sebagian kecil berasal dari keluarga kurang mampu.

Jika dilihat dari segi akademik, yakni sumber potensi peserta didik saat PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru), terdapat sejumlah peserta didik yang memiliki potensi akademik yang baik, seperti mantan juara OSN tingkat kota, 10 besar pararlel tingkat sekolah, sebagian memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, serta terdapat pula siswa yang sudah memiliki potensi hafalan alquran sebanyak 1 hingga 10 juz. Mereka umumnya menjadikan SMA Al Muttaqin sebagai piliha pertama.

Selain itu, terdapat pula sumber potensi siswa memilih sekolah Al Muttaqin sebagai pilihan  kedua atau ketiga. Dengan kata lain, mereka tidak diterima di SMA negeri. Bahkan, ada yang menjadi siswa karena pilihan paksa orang tua. Mereka biasanya merupakan siswa yang tergolong biasa-biasa saja dalam prestasi akademik.

Kondisi ini merupakan tantangan bagi sekolah yang penulis pimpin untuk mampu menjadikan peserta didik tersebut memiliki kemampuan yang berkualitas. Heterogenitas perbedaan kultur dan potensi akademik, harus mampu diramu dengan baik dalam sejumlah program. Harapannya, ketika lulus, para stakeholder, khususnya siswa dan orang tua , merasakan kebermanfaatan sekolah di Al Muttaqin.

Keterbatasan Sarana Prasarana

Sarana prasarana sekolah merupakan salah satu faktor pendukung yang akan memudahkan upaya untuk mencapai prestasi. Idealnya, dengan terpenuhinya sarana prasarana di sekolah, hal ini akan memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran.

Selama ini, di SMA Al Muttaqin sarana dan prasarana belum memenuhi kriteria yang ideal, seperti laboratorium IPA. Hal ini ditandai dengan penggabungan sejumlah laboratorium, yakni laboratorium fisika digabung dengan kimia.

Sementara itu,  laboratorium bahasa masih tergabung dengan laboratorium komputer. Semua komputer dimultifungsikan sebagai perangkat untuk kebutuhan praktik bahasa asing. Akibatnya, laboratorium komputer menjadi laboratorium multimedia.

Penggabungan laboratorium ini disebabkan ruang KBM yang terbatas, sementara  peminat terus bertambah. Konsekuensinya, laboratorium komputer menjadi multifungjuga, yakni dipakai juga untuk ruang kelas.

Dari tiga komponen permasalahan yang dimiliki, yakni guru, siswa, dan sarana tersebut, sekolah harus tetap tumbuh berkembang menjadi lebih  baik dan unggul.  Sekolah punya cita, bagaimana melahirkan outcome/para lulusan yang memiliki jiwa riset/peneliti, mampu memecahkan problem-problem yang ada, dan kelak mampu berkontribusi bagi ummat dan bangsa masa depan, memiliki karakter yang baik, berakhlakul karimah.

MENDIDIK DENGAN CINTA ITU ASYIK

Oleh Aef Saefuloh, S.Pd., M.Pd.I

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat mendesak bagi semua kalangan baik formal,informal mapun nonformal. Pendidikan menjadi faktor terpenting dan mempunyai tujuan mulia yaitu agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sudah seharusnya pendidikan ditempatkan dalam barisan terdepan dalam membangun suatu peradaban. Tapi, kerap terlupakan bahwa dalam membangun iklim Pendidikan yang mampu melahirkan generasi-generasi demikian membutuhkan guru yang profesional.

Yang Maha Kuasa telah menciptakan manusia dengan penuh kesempurnaan dan sebaik-baiknya, sebagaimana firmanNya dalam Q.S At Tin/95:4: لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ Tafsir Quran Surat At-Tin Ayat 4. Sungguh Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik ciptaan dan seindah-indahnya rupa. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 1-6. Allah bersumpah dengan tin dan zaitun,keduanya termasuk buah buahan yang masyhur, Allah bersumpah Juga dengan gunung Thursina (Sinai) yang disana Allah berbicara kepada Musa alaihi salam secara langsung, Allah bersumpah Juga dengan negeri yang aman dari segala ketakutan (yaitu Makkah) tempat turunnya wahyu. Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik, kemudian Kami mengembalikannya ke neraka bila dia tidak patuh kepada Allah dan tidak mengikuti para rasul. Akan tetapi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapatkan pahala besar yang tidak terputus dan tidak dikurangi.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya) Allah menciptakannya dengan tubuh yang tegak, sehingga dapat memakan makanannnya dengan tangan; dan Allah menciptakannya dengan kemampuan memahami, berbicara, mengatur, dan berbuat bijak, sehingga memungkinkannya menjadi khalifah di muka bumi sebagaimana yang Allah kehendaki.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah Siapapun yang dapat mentadabburi firman Allah : { لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ } dia tidak akan berani untuk menghinakan manusia ciptaan Allah, dan tidak pula ia akan menghinakan setiap makhluk ciptaan Allah yang dipuji oleh-Nya.

Apa yang terjadi di lapangan mungkin karena keterbatasan ilmu yang didapat atau pengetahuan yang terbatas akhirnya mengatakan Tuhan ini tidak adil dengan gampangnya dia mengucapkan, padahal semua yang diciptakan olehNya tidak asal-asalan dan sia-sia.

Berarti siapapun orangnya baik orang tua maupun pengajar sekaligus pendidik bukan hanya transfer ilmu saja, melainkan ada tambahan lebih dalam tugas yaitu menyisipkan cinta dan menghadirkan di dalamnya dengan tujuan mempola keinginannya untuk menjadi berpengetahuan dan bertingkah laku yang baik (akhlakul karimah).

Mendidik dengan cinta, bermaksud untuk tidak mengklasifikasikan dalam mendidik anak baik di rumah maupun di sekolah atau tepatnya non formal maupun formal, melainkan akan menghadirkan yang spesial baik peserta didik yang berkebutuhan khusus ataupun tidak.

Pada dasarnya hak untuk mendapatkan pendidikan itu sama tidak ada perbedaan, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”, dengan demikian tidak ada alasan untuk lembaga pendidikan baik formal maupun informal untuk tidak melayani pendidikan kepada mereka.

Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Undang-undang inilah yang menjadi bukti kuat hadirnya pendidikan inklusi ditengah masyarakat.

Peraturan lain yang mendukung untuk keberlangsungan Pendidikan, antara lain :

  1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus;
  2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa;
  3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 72 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus; dan
  4. Peraturan Menteri Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Pendidikan menjadi tanggungjawab dan kajian bersama, serta pemahaman umum bahwa pendidikan menjadi faktor terpenting dalam membangun kepribadian manusia. Di samping itu, dengan pendidikan pula sasaran yang ingin dicapai oleh sebuah peradaban akan bisa direalisasikan. Apalagi jika kita mengaca kepada dinamika yang berkembang dewasa ini, ketika semakin besar kerusakan datang menyapa, pendidikan menjadi komoditi utama. Pendidikan seakan menjadi sumber primer dan bahkan sebagai makanan pokok. Dalam perkembangan seperti sekarang ini, pendidikan mendapatkan perhatian yang besar. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri, jika pendidikan yang berkembang saat ini juga kerap menanggalkan dan meninggalkan para anak didik dalam kubangan pesimisme. Oleh karena itu, tidak jarang pula kita menyaksikan banyak anak didik yang merasa kesepian di tengah keramaian dan perkembangan zaman seperti yang terjadi sekarang ini.

Agenda pembangunan pendidikan suatu bangsa tidak akan pernah berhenti dan selesai. Ibarat patah tumbuh hilang berganti, selesai memecahkan suatu masalah, muncul masalah lain yang kadang tidak kalah rumitnya. Begitu pula hasil dari sebuah strategi pemecahan masalah pendidikan yang ada, tidak jarang justru mengundang masalah baru yang jauh lebih rumit dari masalah awal. Itulah sebabnya pembangunan bidang pendidikan tidak akan pernah ada batasnya. Selama manusia ada persoalan pendidikan tidak akan pernah hilang dari wacana suatu bangsa. Oleh karena itu, agenda pembangunan sektor pendidikan selalu ada dan berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat suatu bangsa.

Dalam upaya mewujudkan agenda tersebut maka dibutuhkan adanya kelancaran terhadap aspek-aspek pendukung lancarnya proses pembelajaran. Adapun salah satu aspek pendukung lancarnya proses pembelajaran adalah aspek pemenuhan kebutuhan psikologis (aktualisasi diri) yaitu kebutuhan akan cinta, pendekatan psikologis yaitu mengajak dan mengarahkan manusia untuk berpikir induktif dan deduktif. Guru sebagai faktor utama dalam pendidikan kurang memahami kebutuhan peserta didik akan kasih sayang. Guru seolah-olah tidak peduli dengan aspek psikologis siswa ketika mengajar sehingga timbul kesenjangan hubungan antara guru dan murid yang mengakibatkan terjadinya rasa bosan dan jenuh ketika guru mengajar. Guru juga dianggap sebagai monster yang menakutkan, siswa merasa takut ketika guru mulai membuka pelajaran.

Spiritualitas istilah yang sering didengar dan sirna dari permukaan, kata tersebut padahal sejuta makna yang dapat melahirkan cinta. Jangan seolah cinta selalu berakhir dengan penyesalan. Karena tugas cinta untuk manusia ialah menjaga keteraturan sebuah interaksi manusia dan dunia, hanya saja yang seringkali kita temukan, adalah manusia yang menempatkan cinta dengan salah. Karena tanda kehidupan modern, salah satunya kehilangan kekuatan spiritualitas (iman). Di sinilah perlu penguatan peran agama, pendidikan, keluarga, pemerintah, serta seluruh kelompok masyarakat saling merangkul sebagai tanda kekuatan bangsa kita, yang akan menguatkan akar-akar pondasi sistem budaya sehat dan menyehatkan yaitu sehat berfikir, sehat berdzikir dan sehat dalam beramal yang akhirnya dapat berfungsi menyehatkan segalanya dalam kehidupan yang walaupun sifatnya fana.

Generasi muda merupakan generasi emas yang akan menentukan keberlangsungan hidup bangsa beberapa tahun kedepan, sehingga generasi ini jangan sampai terjerumus bahkan sampai terjerembap kepada jurang yang berbahaya yang tidak diinginkan, sehingga kehadiran cinta pada generasi tersebut seolah tidak nampak dan tanpa daya, padahal dinantikan.

Berbuat baik kepada orang yang biasa berbuat baik kepada kita, bukanlah perbuatan yang luar biasa, melainkan perbuatan biasa saja, yang akan menjadi luar biasa bila kita berbuat baik kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita, hal ini selaras dengan perkataan Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Ja’far Qadi Ar-Ray, telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far Ar-Razi, dari Al-Mugirah, dari Asy-Sya’bi yang mengatakan bahwa Isa putra Maryam pernah berkata, “Sesungguhnya kebaikan yang hakiki ialah bila kamu berbuat baik terhadap orang yang berbuat jahat terhadap dirimu, dan bukanlah kebaikan yang hakiki itu bila kamu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepadamu.” Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui“.

Kebaikan dan cinta pun akan muncul dengan sendirinya alias reflek dalam kehidupan, Kita tidak sendiri, menikmati hidup di negara yang majemuk oleh keragaman, juga persoalan. Peserta didik yang “nakal” salah satunya, dia adalah bagian dari manusia juga yang mengenal cinta pada tiap pencarian identitas dirinya. Sayangnya, banyak orang mendefinisikan mengenai cinta, merasai, menikmati, menghayati, hingga yang dicapai bukanlah cinta yang sejati atau yang membenarkan. Tapi terlalu basah, hingga jika terkilir sedikit saja cinta dapat merubah madu menjadi bisa.

Upaya untuk meluruskan cinta dalam mendidik itu, penulis mencoba menawarkan alternatif untuk mempertahankan madu tersebut melakukan tindakan preventif, yang diharapkan menjadi penawar sebelum bisa menjalar luas di kemudian hari.

Budaya Riset Berkarakter SMA Al Muttaqin

Oleh Drs. Jenal Alpurkon, M.Pd.

SMA Al Muttaqin merupakan sekolah yang menggabungkan konsep fullday school dan berasrama sehingga  memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan sekolah pada umumnya.

Peserta didik yang memilih program fullday adalah yang berasal dari dalam kota, sedangkan yang memilih program asrama pada umumnya berasal dari luar kota, seperti dari Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sumatera Selatan.

Dua program sekolah tersebut memunculkan dinamisasi tersendiri dalam mewujudkan penegakkan disiplin peserta didik atau peningkatan karakter akhlakul karimah.

Bagi peserta didik yang tinggal di asrama, pola budaya pesantren bisa diterapkan. Aktivitas rutin terpadu dari mulai bangun tidur, bersekolah, belajar muatan keagamaan, hingga tidur. Berbagai  program tersebut terkondisikan dalam kurikulum pesantren. Sementara itu, bagi yang tidak di asrama, pola pembiasaan akhlakul karimah hanya bisa diterapkan pada jam selama KBM.

Ada dua kondisi yang menyertai dari dua pilihan program sekolah tersebut. Bagi yang berasrama atau pesantren, peserta didik sering merasa jenuh. Sebabnya, lingkungan yang terbatas menjadi permasalahan sehingga peserta didik bolos tidak KBM.

Selain itu, beban yang dirasa berat atas ketercapaian target program asrama. Hal ini  tidak jarang membuat peserta didi kabur, melakukan tindakan-tindakan yang negatif, atau kegiatan lainnya yang jauh dari harapan atau tujuan sekolah. Ssementara itu, untuk peserta didik fullday, pola interaksi dengan dunia luar yang dominan dibawa ke sekolah. Sejumlah peserta didik merasa jenuh dengan system fullday.

Sejak 2011 penulis telah tiga periode menjabat sebagai kepala sekolah. Penulis memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjadikan SMA Al Muttaqin menjadi sekolah yang berkualitas. Sekolah yang berkualitas dicirikan dengan peserta didiknya yang berkarakter akhlak mulia dan lulusannya banyak yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.

Untuk itu, penulis telah mencanangkan salah satu ikon unggulan, yakni sekolah riset. Hal ini sesuai dengan cita visi dan misi sekolah. SMA Al Muttaqin, yakni menjadi sekolah unggul dan terdepan di Jawa Barat dalam akhlak mulia dan  menjadi outcome perguruan tinggi unggulan,

Guna mencapai hal tersebut tidaklah mudah. Apalagi, tantangan era teknologi informasi (Revolusi Industri 4.0) yang menuntut peserta didik memiliki kompetensi di berbagai bidang (Society 5.0). Berbagai  strategi atau langkah-langkah yang cocok dengan kondisi dan keadaan para peserta didik perlu disiapkan. Penulis berpandangan bahwa peserta didik adalah komponen utama sekolah yang harus dikembangkan dan diperjuangkan. (3/11)